Ahad 08 May 2022 14:24 WIB

Musim Libur Lebaran Usai, Pemerintah Siapkan Antisipasi Lonjakan Covid-19 dan Hepatitis

Pemerintah telah mematangkan lagi prosedur penanganan jika terjadi lonjakan kasus

Rep: Ali Mansur/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Lonjakan Kasus Covid-19. Pemerintah segera melakukan antisipasi lonjakan kasus Covid-19 sebagai risiko pelonggaran libur dan waspada terhadap fenomena hepatitis akut bagi anak-anak dan remaja.
Foto: republika/mgrol100
Ilustrasi Lonjakan Kasus Covid-19. Pemerintah segera melakukan antisipasi lonjakan kasus Covid-19 sebagai risiko pelonggaran libur dan waspada terhadap fenomena hepatitis akut bagi anak-anak dan remaja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim libur lebaran Idul Fitri 1443 hijriah telah berakhir dan ribuan personel Operasi Ketupat 2022 akan dibubarkan. Namun pemerintah segera melakukan antisipasi lonjakan kasus Covid-19 sebagai risiko pelonggaran libur dan waspada terhadap fenomena hepatitis akut bagi anak-anak dan remaja.

“Pemerintah siap dengan semua skenario. Meskipun, kita cukup percaya bahwa kebijakan pelonggaran mudik tahun ini sudah tepat, risikonya cukup terukur dan termitigasi dengan baik,” papar Kepala Badan Intelijen Negara (KABIN) Jend Pol Purn Budi Gunawan, dalam keterangannya kepada awak media, Ahad (8/5/2022).

Baca Juga

Menurut Budi Gunawan, Pemerintah telah mematangkan lagi prosedur penanganan jika terjadi lonjakan kasus penularan Covid-19. Maka fasilitas-fasilitas kesehatan, SDM, obat, serta peralatan juga disiagakan. Apalagi prediksi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait jumlah pemudik yang mencapai 85,5 juta orang sepertinya terjadi.

“Bisa dibayangkan betapa tingginya intensitas interaksi sosial yang berlangsung selama libur Lebaran ini, dan betapa tinggi risikonya bila tidak termitigasi dengan baik sejak awal,” kata Budi Gunawan.

Penggagas Medical Intelligence di Tanah Air itu menyampaikan bahwa Pemerintah percaya, pelonggaran mudik setelah dua tahun dibatasi merupakan langkah yang tepat. Berbagai indikator penanganan pandemi memang sudah mendukung. Dia mengeklaim sebulan lebih jelang mudik, tren perbaikan status pandemi berlangsung konsisten.

Setelah mencapai puncak gelombang ketiga pada 16 Februari 2022 lalu, kasus harian terus mengalami penurunan, diiringi dengan tren kenaikan jumlah pasien sembuh harian yang selalu lebih tinggi. Positivity rate terus turun dan stabil di bawah 5 persen sesuai standar aman WHO. Tingkat keterisian (BOR) rumah sakit yang sempat di atas 60 persen juga semakin melandai tinggal satu digit.

“Hal ini menunjukkan, kombinasi antara percepatan vaksinasi dan pengendalian sosial tanpa lockdown total yang diinstruksikan Presiden terbukti berhasil,” ujar Budi Gunawan.

Lanjut Budi Gunawan, sembari menjalani proses tersebut dengan kewaspadaan dan tanpa ketergesaan. Sehingga vaksinasi hingga dosis booster harus dilanjutkan dan prosedur kesehatan, harus dibudayakan. Disamping itu, di masa endemi nanti, Indonesia memiliki lebih banyak kesempatan untuk membangun kemandirian vaksin dan obat-obatan.

“Menghadapi pandemi selama hampir tiga tahun cukup memberikan pelajaran bagi kita untuk membangun kemandirian ini, termasuk antisipasi dampak ikutan seperti long covid dan fenomena hepatitis akut pada anak," ungkap Budi Gunawan.

Baca juga : IDAI Duga Hal Ini Sebabkan Penularan Hepatitis Akut

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement