Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Bumbata-lah Wahai Guru

Guru Menulis | Sunday, 08 May 2022, 10:34 WIB
Sumber foto: dokumen pribadi

David Edwards, sekjen Education International menulis tentang pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Pembangunan Berkelanjutan keempat di dunia masih menghadapi tantangan. Dalam artikel berjudul “A Growth Mindset for Governments:#Investin Teachers” itu dinyatakan karena pendidikan harus berkualitas, peserta didikperlu lingkungan,sarana dan prasarana berkulaitas pula.

Lebih lanjut Edward menegaskan, bahwahal terpenting gurunya pun harus berkualitas. Secara umum kita masih kekurangan 69 juta guru secara global. Menurutnya, tidak ada resep rahasia untuk dapat menyukseskan pendidikan berkualitas, yang juga pemulihan pendidikan akibat pandemi Covid-19.

“Dunia memerlukan investasi pada pendidikan, pada pendidik, investasi pada pelatihan guru” tandasnya pada artikel yang ditayangkan pada Februari 2022, melalui World Education Blog.

Guru Penggerak dan PPG

Terbitnya Kuka (Kurikulum Merdeka) yang sebelumnya bernama Kurikulum Protipe (Kupro) dibarengi dengan program aksi pendidikan Guru Penggerak. Apakah pendidikan guru penggerak itu?

Pendidikan guru penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan. Selama program, guru tetap menjalankan tugas mengajar sebagai guru.

Dikutip dari laman Kemendikbudristek, Guru Penggerak akan bertugas menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Seorang guru penggerak juga menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah.

Guru penggerak juga bertugas untuk mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah, membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara keseluruhan, guru penggerak menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong berjalannya ekosistem pendidikan di sekolah dengan baik.

Sejak peluncuran program ini pada pertengahan 2020, ada sekitar 32 ribu Guru Penggerak dan Calon Guru Penggerak (Lie,2021). Pada awalnya, program ini berjalan selama 9 bulan dengan sekitar 300 jam belajar. Saat ini masa belajar PGP dimampatkan menjadi 6 bulan yang meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan bagi Calon Guru Penggerak. Selama program, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai pendidik. Bahkan 70 persen metode belajarnya merupakan belajar di tempat kerja dan komunitas praktik yang meliputi pemberian umpan balik dari atasan, rekan, dan siswa. Tiga topik utama dalam PGP adalah pembelajaran berdeferensiasi, komunitas praktik, dan pembelajaran sosial emosi.

PGP (diluncurkan sebagai Episode ke 5) berkaitan dengan Program Sekolah Penggerak (Episode ke 7). Program Sekolah Penggerak adalah sebuah program yang berupaya mendorong satuan pendidikan melakukan transformasi diri untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, kemudian melakukan pengimbasan ke sekolah lain untuk peningkatan mutu serupa.

Selain GP adapula PPG (Pendidikan Profesi Guru). Dilansir dari https://ppg.kemdikbud.go.id/ppg-dalam-jabatan Program PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan setelah program sarjana atau sarjana terapan untuk mendapatkan sertifikat pendidik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah. Ada dua macam program PPG: Pra-jabatan dan Dalam Jabatan.

Tujuan penyelenggaraan Program PPG Prajabatan adalah dalam rangka menghasilkan guru profesional yang beradab, berilmu, adaptif, kreatif, inovatif, dan kompetitif serta berkontribusi terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Program PPG Dalam Jabatan bertujuan menghasilkan guru sebagai pendidik profesional yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berilmu, adaptif, kreatif, inovatif, dan kompetitif dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Sementara itu, PPG Dalam Jabatan yang ditujukan pada para guru yang sudah mengajar selama beberapa tahun diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan pendidikan, seperti: 1. Kualifikasi di bawah standar (under qualification), dan 2. Guru-guru yang kurang kompeten. Selain itu, guru di era revolusi industri 4.0 harus memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan dengan mengintegrasikan critical thinking dan problem solving, communication and colaborative skill, creativity and inovative skill, information and communication technology literacy, contextual learning skill, serta information and media literacy.

PGP dan PPG sebagai sebuah upaya pelatihan guru, patut diapresiasi dalam rangka menuju pendidikan berkualitas untuk menjadi mimpi bersama bangsa-bangsa di dunia yang kemudian disepakati dalam SDGs. Itu sebabnya, baik PPG maupun PPG hendaknya tidak dijadikan sebagai pembelajaran akhir bagi guru. Akan tetapi, dijadikan sebagai gerbang menuju ke arena taman berekreasi pendidikan.

Di taman inilah, guru bumbata. Apakah bumbata? Bukamata buka telinga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image