'Horor' Macet Ribuan Pemudik Hingga Terpaksa Menginap di Pantai Anyer

Red: Nashih Nashrullah

Ahad 08 May 2022 08:56 WIB

Sejumlah kendaraan wisatawan terjebak kemacetan di Pandeglang, Banten, Selasa (3/5/2022). Kemacetan sekitar lima kilometer tersebut didominasi oleh kendaraan wisatawan yang hendak menuju kawasan wisata seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Pantai Carita, dan Pantai Anyer. Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas Sejumlah kendaraan wisatawan terjebak kemacetan di Pandeglang, Banten, Selasa (3/5/2022). Kemacetan sekitar lima kilometer tersebut didominasi oleh kendaraan wisatawan yang hendak menuju kawasan wisata seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Pantai Carita, dan Pantai Anyer.

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON— Kemacetan di kawasan wisata tak dapat terelakkan ketika liburan tiba, terutama ketika libur Lebaran 2022 yang tidak hanya meliburkan anak sekolah, tetapi juga orang tua yang merupakan pekerja. Mereka mendapatkan jatah cuti bersama dari pemerintah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

Euforia liburan juga dibumbui kelonggaran yang diberikan pemerintah setelah dua tahun masyarakat Indonesia melalui berbagai jenis pembatasan akibat pandemi Covid-19, baik dari zaman PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar, hingga ke zaman Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM bertingkat.

Baca Juga

Sebagai imbas dari keinginan untuk berlibur yang telah ditahan selama dua tahun, kemacetan pun terjadi saat perjalanan menuju Pantai Anyer, yang menghadap Selat Sunda.

Tidak tanggung-tanggung, panjang kemacetan di kawasan wisata Pantai Anyer pada Kamis (5/5) bahkan melebihi 5 km. Beberapa pengunjung mengeluh bahwa mereka terjebak selama 3-6 jam. 

Ketika sudah sampai di destinasi wisata, alih-alih disambut pemandangan cantik pelepas stres, mereka justru disambut kegelapan yang menyembunyikan keindahan Pantai Anyer.

Merasa tidak ingin rugi karena sudah menerobos kemacetan selama enam jam, salah seorang pengunjung pantai bernama Muhammad Rifki bersama istri dan seorang buah hatinya memutuskan untuk bermalam di Pantai Sambolo 2 Anyer.

Rifki mengatakan, dirinya dan sang istri sama sekali tidak menyangka bahwa mereka akan terjebak kemacetan dengan durasi sekitar enam jam. Dia telah berangkat dari Kota Bekasi sejak pagi hari sebelum pukul 12.00 WIB, dan sampai di titik kemacetan pada sekitar pukul 15.00 WIB.

Tentunya, sebelum mencapai titik kemacetan, dia bersama keluarga menyempatkan diri untuk mampir ke beberapa pusat perbelanjaan guna membeli makan siang, camilan untuk bersantai di pantai, dan lain-lain.

Ketika terjebak kemacetan, mulanya Rifki berpikir bahwa kemacetan tersebut tidak mungkin memakan durasi yang lama. Dia memperkirakan hanya akan memakan waktu satu hingga dua jam saja.

Akan tetapi, lambat laun dia menyadari bahwa kendaraannya tidak kunjung bergerak dan posisi kendaraannya tidak memungkinkan Rifki untuk keluar dan memutar balik. 

Mau tidak mau, kata dia, mereka harus berpasrah untuk terjebak di tengah kemacetan. Ketika menyadari hari semakin gelap, Rifki bersama istrinya mencari-cari hotel maupun penginapan terdekat karena mereka merasa tidak mungkin dapat kembali berkendara pulang menuju Kota Bekasi dengan situasi seperti ini.

Sayangnya, hotel-hotel yang dapat ia temukan melalui aplikasi telah penuh oleh tamu. Rifki mengaku dia sempat bertanya kepada petugas kepolisian yang mengatur lalu lintas, tetapi petugas pun tidak mengetahui hotel atau penginapan mana yang masih bisa menerima tamu.

Bekal makanan yang seharusnya mereka nikmati di pantai pun akhirnya habis di dalam mobil. Ketika mereka sampai pada pantai yang saat itu masih dapat menampung tamu, yakni Pantai Sambolo 2 Anyer, Rifki pun masuk ke lokasi tersebut dan mendapati bahwa langit sudah gelap sehingga pemandangan pantai tidak lagi dapat mereka nikmati.

Merasa kelelahan dengan perjalanan panjang dan gagal menemukan tempat untuk bermalam akhirnya Rifki memutuskan untuk menginap di Pantai Sambolo 2 Anyer, tepatnya di dalam mobil, bersama keluarganya.