Sabtu 07 May 2022 21:42 WIB

Puasa Sunnah Syawal Merupakan Bentuk Syukur kepada Allah SWT

Ada banyak bentuk syukur kepada Allah SWT, puasa 6 hari Syawal termasuk

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi puasa Syawal. Ada banyak bentuk syukur kepada Allah SWT, puasa 6 hari Syawal termasuk
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi puasa Syawal. Ada banyak bentuk syukur kepada Allah SWT, puasa 6 hari Syawal termasuk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah berpuasa satu bulan selama Ramadhan, umat Muslim disunnahkan untuk puasa Syawal. Puasa sunnah ini dapat dijalankan sebagai sebagai bentuk syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dikutip dari buku Fikih Bulan Syawal oleh Muhammad Abduh Tuasikal, Nikmat apakah yang disyukuri? Yaitu nikmat ampunan dosa yang begitu banyak di bulan Ramadhan. 

Baca Juga

Bukankah kita telah ketahui bahwa melalui amalan puasa dan sholat malam selama sebulan penuh adalah sebab datangnya ampunan Allah SWT, begitu pula dengan amalan menghidupkan malam Lailatul Qadar di akhir-akhir Ramadhan.?

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Tidak ada nikmat yang lebih besar dari anugerah pengampunan dosa dari Allah.” (Lathaif Al-Ma’arif).

Sampai-sampai Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pun yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan akan datang banyak melakukan sholat malam. Ini semua beliau lakukan dalam rangka bersyukur atas nikmat pengampunan dosa yang Allah SWT berikan.

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ ، فَقُلْتُ لَهُ : لِمَ تَصْنَعُ هَذَا ، يَا رَسُولَ الله ، وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأخَّرَ ؟ قَالَ : (( أفَلاَ أكُونُ عَبْداً شَكُوراً!)) 

‘Aisyah mengatakan, “Mengapa engkau melakukan seperti ini wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan akan datang?” Beliau lantas mengatakan, “Tidakkah pantas aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR Bukhari, no 4837).

Begitu pula di antara bentuk syukur karena banyaknya ampunan pada Ramadhan, di penghjung Ramadhan (di hari Idulfitri), kita dianjurkan untuk banyak berdzikir dengan mengagungkan Allah melalu bacaan takbir ”Allahu Akbar”. Ini juga di antara bentuk syukur sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengangungkan pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al Baqarah ayat 185).

Begitu pula para salaf seringkali melakukan puasa di siang hari setelah di waktu malam mereka diberi taufik oleh Allah SWT untuk melaksanakan sholat tahajud. Inilah bentuk syukur mereka.

Ingatlah bahwa rasa syukur haruslah diwujudkan setiap saat dan bukan hanya sekali saja ketika mendapatkan nikmat. Namun, setelah mendapatkan satu nikmat kita butuh pada bentuk syukur yang selanjutnya.

Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah menjelaskan, “Setiap nikmat Allah berupa nikmat agama maupun nikmat dunia pada seorang hamba, semua itu patutlah disyukuri. Kemudian taufik untuk bersyukur tersebut juga adalah suatu nikmat yang juga patut disyukuri dengan bentuk syukur yang kedua. Kemudian taufik dari bentuk syukur yang kedua adalah suatu nikmat yang juga patut disyukuri dengan syukur lainnya. Jadi, rasa syukur akan terus ada sehingga seorang hamba merasa tidak mampu untuk mensyukuri setiap nikmat. Ingatlah, syukur yang sebenarnya adalah apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya tidak mampu untuk bersyukur (secara sempurna).” (Lathaif Al-Ma’arif).   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement