Sabtu 07 May 2022 00:45 WIB

Black Campaign Rusak Hari-Hari Terakhir Kampanye Pilpres Filipina

Capres Filipina bertukar tuduhan trik kotor di hari-hari terakhir kampanye

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Para capres adalah putra mantan diktator, Ferdinand Marcos Jr dan Leni Robredo yang keduanya saling terlibat dalam taktik curang.
Foto: AP/Aaron Favila
Para capres adalah putra mantan diktator, Ferdinand Marcos Jr dan Leni Robredo yang keduanya saling terlibat dalam taktik curang.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA - Calon presiden (Capres) pada pemilihan presiden (Pilpres) Filipina bertukar tuduhan trik kotor dan kecurangan suara di hari-hari terakhir kampanye, Jumat (6/5/2022). Para capres adalah putra mantan diktator, Ferdinand Marcos Jr dan Leni Robredo yang keduanya saling terlibat dalam taktik curang.

Macros Jr, seorang putra mendiang diktator dan ibu negara yang terkenal kleptokratis Imelda Marcos diperkirakan akan memenangkan pemilihan Senin mendatang dengan telak. Kampanye Marcos pada Jumat mendesak para pendukung untuk melindungi suara mereka dari upaya kecurangan suara.

"Kami sudah menang!" kata Marcos Jr dalam kampanyenya seperti dikutip laman Channel News Asia, Jumat. "Pastikan Anda menjaga pemungutan suara pada Senin, jangan tidur, kita tahu bahwa ketika kita tidur, banyak hal yang tidak diinginkan terjadi," ujarnya menambahkan.

Pada kampanye Jumat, Marcos Jr menuduh Robredo beracun, memecah belah bangsa dan terlalu sengit. Ia juga menyebut pihak Robredo telah menggabungkan diri dengan kelompok-kelompok politik bayangan.

Sementara Robredo telah mengkampanyekan janji untuk membersihkan politik kronis Filipina yang korup. Pengacara berusia 57 tahun, dan wakil presiden saat ini, telah menarik dukungan dari anak-anak muda Filipina yang progresif.

Terlepas dari minimnya dalam jajak pendapat, hanya sedikit yang siap untuk mengesampingkan sepenuhnya nama dia. Ada desas-desus tentang akurasi jajak pendapat yang saat ini menempatkan Robredo hanya 23 persen suara versus 56 persen dari Marcos.

Tim kampanye Robredo pun pada Jumat mengambil tindakan hukum untuk melawan desas-desus yang berpotensi merusak, yakni bahwa dia bersekutu dengan Partai Komunis. Dalam pernyataan tertulis yang diajukan ke kantor kejaksaan, juru bicara Robredo menyebut tuduhan itu dibuat-buat dan fiktif. Meskipun kurangnya bukti, tuduhan tersebut telah beredar luas di Facebook dan mendapatkan ratusan ribu interaksi.

Pemberontak komunis telah mengobarkan pemberontakan selama puluhan tahun di negara itu. Pemberian taggar merah pun meningkat di bawah Presiden Rodrigo Duterte dan telah mengakibatkan kematian banyak aktivis, jurnalis dan pengacara.

Tuduhan terhadap Robredo menggemakan taktik sang ayah, Ferdinand Marcos yang lebih tua untuk mendiskreditkan musuh, membenarkan pemerintahan diktatornya dan mempertahankan dukungan Perang Dingin AS dengan memainkan momok Bahaya Merah yang membayangi yang bertekad mengambil alih negara. Untuk sebagian besar kampanye, Marcos Jr telah menghindari pernyataan kebijakan terperinci, namun membingkai dirinya sebagai orang yang memenuhi syarat untuk menyatukan bangsa.

Macros Jr. juga menggambarkan pemerintahan ayahnya sebagai zaman emas. Padahal pemerintahan ayahnya penuh dengan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas, korupsi yang merajalela, kecaman internasional dan kehancuran ekonomi Filipina.

Di balik layar, ia telah membangun koalisi kuat dari keluarga penguasa negara yang dapat memberikan blok suara secara massal. Kampanye duo capres pada Jumat berjanji untuk membuka kembali ekonomi setelah penguncian Covid-19, berinvestasi dalam infrastruktur dan melanjutkan kampanye melawan obat-obatan terlarang dan kriminalitas Rodrigo Duterte yang tunduk pada penyelidikan oleh Pengadilan Kriminal Internasional.

Esok Sabtu akan melihat kedua belah pihak mengadakan kampanye besar-besaran di Manila. Ratusan ribu orang diproyeksikan untuk berkumpul hanya beberapa kilometer untuk menghibur idola politik mereka dan menikmati rentetan pop Pinoy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement