Jumat 06 May 2022 19:22 WIB

Hal yang Perlu Diketahui Soal Subvarian XE dari SARS-CoV-2, Dijuluki 'Frankenstein'

Kasus XE tercatat di AS, Jepang, China, Thailand, India, Selandia Baru, dan Israel.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi SARS-CoV-2 varian omicron. Subvarian XE dari SARS-CoV-2 dijuluki Frankenstein.
Foto: Pixabay
Ilustrasi SARS-CoV-2 varian omicron. Subvarian XE dari SARS-CoV-2 dijuluki Frankenstein.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengeluarkan laporan awal tentang subvarian XE dari SARS-CoV-2 yang dijuluki "Frankenstein". Subvarian tersebut masih merupakan bagian dari omicron, campuran varian omicron BA.1 dan varian "siluman" BA.2.

Menurut WHO, subvarian tersebut belum menjadi perhatian. XE pertama kali terdeteksi di Inggris pada 19 Januari 2022 dan sekarang tercatat ada lebih dari 1.000 kasus. Mayoritas ada di bagian timur Inggris, London, dan London Tenggara.

Baca Juga

Ilmuwan genomik senior di Innovative Genomics Institute di UC Berkeley, Stacia Wyman, menjelaskan bahwa subvarian XE berasal dari seseorang yang terinfeksi varian BA.1 dan BA.2. XE termasuk strain rekombinan, memiliki awalan huruf "X" untuk klasifikasinya.

"Saat virus itu bereplikasi, terjadi kesalahan dan kedua virus itu digabungkan. Kemudian virus gabungan itu bereplikasi dan menyebar ke orang lain," ungkap Wyman, dikutip dari laman Fox News, Jumat (6/5/2022).

 

Genom XE adalah bagian BA.1 dan bagian BA.2, tetapi gen yang mengkode protein lonjakan (yang membantu virus menempel pada sel sehat) berasal dari BA.2. Masih belum diketahui apakah infeksi BA.2 sebelumnya akan memberikan kekebalan terhadap XE.

Badan Keamanan Kesehatan Britania Raya (UKHSA) menyampaikan bahwa belum ada cukup bukti untuk menarik kesimpulan tentang keunggulan pertumbuhan atau sifat lain dari XE. Fakta lain yang diketahui, pasien yang terserang XE lazimnya dites positif selama 10 hari atau lebih.

"Berarti virus memiliki lebih banyak peluang untuk menyebar lebih luas dan ini mungkin keuntungan transmisibilitas BA-2 dan XE," kata Denis Kinane, ahli imunologi dan ilmuwan pendiri Cignpost Diagnostics yang berbasis di Inggris.

Selain di Inggris, kasus XE telah tercatat di Amerika Serikat, Jepang, China, Thailand, India, Selandia Baru, dan Israel. "Kami terus memantau kasus varian XE rekombinan di Inggris, yang saat ini mewakili sebagian kecil kasus," ujar direktur klinis dan infeksi baru di Badan Keamanan Kesehatan Britania Raya (UKHSA), Meera Chand.

Profesor kedokteran di Divisi Penyakit Menular University of California, Davis School of Medicine, George Thompson, mengemukakan bahwa varian rekombinan bukanlah hal yang aneh. Terutama, ketika ada beberapa varian yang beredar. Beberapa telah diidentifikasi selama pandemi.

"Ini mungkin sedikit lebih menular daripada varian induk tetapi terlalu dini untuk mengetahui apakah hasilnya berbeda dari varian Covid-19 lainnya," ucap Thompson.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement