Kamis 05 May 2022 20:35 WIB

Ace Minta Jamaah Haji yang Berangkat Sesuai Porsinya

Ace Minta Jamaah haji yang Berangkat Sesuai Porsinya

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Ace Minta Jamaah Haji yang Berangkat Sesuai Porsinya. Foto: Penambahan Kuota Haji (Ilustrasi)
Foto: Dok: Republika.co.id
Ace Minta Jamaah Haji yang Berangkat Sesuai Porsinya. Foto: Penambahan Kuota Haji (Ilustrasi)

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Wakil ketua Komisi VIII DPR RI Aceh Hasan Syadzily meminta Kementerian Agama (Kemenag) harus sudah menentukan berapa jamaah haji di kabupaten kota yang siap diberangkatkan tahun ini. Seperti diketahui saat ini Pemerintah Saudi tidak memberi kuota penuh kepada Indonesia.

"Terutama memastikan bahwa calon jamaah haji yang telah ditetapkan berdasarkan atas kuotanya tersebut yang harus memang telah didistribusikan ke kabupaten kota," kata Ace Hasan saat dihubungi Republika, Rabu (5/5/2022).

Baca Juga

Ace mengatakan, Kemenag juga harus sudah mulai memberikan informasi kepada jamaah yang bisa diberangkatkan tahun ini. Saat ini Pemerintah Arab Saudi telah menentukan batas usia jamaah haji yang bisa berangkat tahun ini maksimal 65 tahun.

"Dari sekarang calon jamaah hajinya tersebut telah diberitahukan kepada mereka," katanya.

Pemberitahuan ini kata dia penting disampaikan kepada para calon jamaah haji, sehingga mereka bisa mempersiapkan keberangkatannya. Di antara persiapan yang harus dilakukan jamaah haji adalah dokumen perjalanan serta persiapan kesehatan.

"Untuk mempersiapkan keberangkatan haji tahun ini dengan segala persiapan termasuk mengingatkan tentang pentingnya manasik haji yang akan dijalankan dalam waktu yang tidak terlalu lama ini," katanya.

Sementara itu, Subordinator Pembimbingan dan Penyuluhan Pusat Kesehatan Haji Muhammad Imran Saleh Hamdani, mengatakan, rangkaian ibadah haji dipenuhi kegiatan fisik. Karena itu, diperlukan kesadaran untuk menjaga kesehatan jamaah.

Menurutnya, minat berhaji sudah tinggi sejak dulu hingga sekarang, tetapi minat tersebut tidak diikuti dengan persiapan kesehatan yang matang. Dalam pelaksanaan haji tidak hanya materi yang harus dipersiapkan, bekal kesehatan fisik dan mental juga harus demikian.

"Jika mengulik kembali peristiwa pendemi dalam sejarah haji, ditemukan fakta bahwa faktor kesehatan turut mempengaruhi terwujudnya niat berhaji seseorang," katanya.

Bahkan sebelum munculnya wabah penyakit menular dalam sejarah Haji, kesehatan menjadi paling utama wajib dipersiapkan calon jamaah haji. Karena 95 persen kegiatan manasik kesehatan haji dijalankan dengan aktivitas fisik.

Hal ini terlihat, dari kegiatan haji di zaman dahulu, ketika itu jamaah haji saat pergi ke tanah suci hanya dengan berjalan kaki, mengendarai kuda, keledai, atau kapal layar. Untuk bisa sampai ke tanah suci mereka harus memenuhi menempuh perjalanan selama berhari-hari berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan.

"Perjalanan panjang dan batang dapat dijalankan oleh orang yang memiliki persiapan baik terutama kesehatan," katanya.

Sejak wabah itu, wajah haji berubah, tidak lagi sama. Wabah kolera dan miningitis yang berlangsung bertahun-tahun di semenanjung Arab telah mengubah proses perjalanan ibadah haji. Semua mengetahui bahwa wabah kolera dan miningitis tidak berasal dari tanah suci. 

"Penyakit tersebut masuk ke tanah suci dari jamaah haji yang berasal dari negara terjangkit," katanya.

Jamaah-jamaah tersebut membawa penyakit dengan tanpa gejala dan terlihat sehat. Penyakit-penyakit pun menjadi momok dalam perjalanannya menuju Tanah Suci, selain masalah ibadah dan perampok.

Agen penyebab penyakit ini kemudian berpindah dari satu orang ke beberapa orang lainnya. Sehingga menyebabkan angka korban dan kematian di tanah suci semakin bertambah.

"Mereka yang selamat dan lolos dari tanah suci akan membawa pulang penyakit ke negerinya,"katanya. 

Seperti bola salju yang terus menggelinding semakin lama semak membesar. Oleh karena itu, negara-negara yang terjangkit perlu mengambil tindakan untuk menghentikan penularan penyakit.

Imran S Hamdani mengatakan, ketika obat penawar belum ditemukan, pencegahan menjadi satu-satunya pilihan. Namun perlu disadari bahwa meskipun obat telah ditemukan, pencegahan dan pengendalian merupakan penawar terbaik bagi penyakit menular.

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement