Kamis 05 May 2022 17:19 WIB

Australia Inginkan Ketenangan dalam Hubungan dengan Kepulauan Solomon

PM Solomon Manasseh Sogavare yang menuduh Australia mengancam dengan invasi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Perdana Menteri Australia Scott Morrison berkampanye di Sydney, Kamis, 5 Mei 2022.
Foto: Mick Tsikas/AAP Image via AP
Perdana Menteri Australia Scott Morrison berkampanye di Sydney, Kamis, 5 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri (PM) Scott Morrison mengatakan, Australia akan menanggapi dengan tenang hubungannya dengan Kepulauan Solomon. Pernyataan ini menanggapi komentar Perdana Menteri Solomon Manasseh Sogavare yang menuduh Australia mengancam "dengan invasi".

Dalam pidato berapi-api di parlemen Selasa (3/5/2022), Sogavare mengatakan negaranya diancam dengan invasi. Namun dia tidak menyebutkan nama negara mana pun atau memberikan bukti atas klaimnya.

Baca Juga

"Tidak ada yang benar," kata Morrison Kamis, menanggapi pertanyaan dari wartawan.

Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton tidak meyakini komentar Sogavare diarahkan ke Australia. "Saya dapat memahami tekanan yang dialami Perdana Menteri Manasseh Sogavare saat ini, tetapi di Australia, seperti yang dia katakan, dia menemukan seorang teman baik," kata Dutton.

"Kami belum diminta untuk mundur," ujarnya menambahkan. Pakta keamanan telah menjadi masalah pemilihan utama bagi Morrison. Sekutu Barat khawatir hal itu bisa menjadi pintu gerbang kehadiran militer China di Pasifik.

Dalam debat pemilu pada Kamis, oposisi Partai Buruh mengatakan bahwa hubungan dengan Kepulauan Solomon telah memburuk, dan bahwa Australia perlu berinvestasi lebih banyak dalam diplomasi Pasifik, tidak hanya membangun pengeluaran pertahanannya. "Mereka telah gagal dalam seni bernegara," kata juru bicara pertahanan Partai Buruh, Brendan O'Connor.

Meskipun rincian pakta Kepulauan Solomon dengan China belum diungkapkan, Sogavare telah mengesampingkan pangkalan militer. Ia mengatakan kesepakatan itu mencakup kepolisian untuk melindungi proyek-proyek China karena kesepakatan dengan mitra tradisional Australia tidak memadai.

Sogavare mengkritik Australia karena menyebut Pasifik sebagai "halaman belakang." Ia mengatakan ini adalah istilah yang menghina dalam budaya lokal, di mana halaman belakang digunakan untuk memelihara ayam, babi, dan sampah.

"Kami akan bekerja secara konstruktif dan sabar dan kami akan bekerja secara profesional dan tenang," kata Morrison kepada acara Nine Network's Today.

Ditanya mengapa dia tidak berbicara dengan Sogavare secara langsung sejak pakta itu ditandatangani, dia mengatakan kepada wartawan: "Saya mengikuti dengan sangat hati-hati saran yang kami dapatkan dari badan intelijen keamanan kami."

Sogavare membuat komentar invasi selama debat parlemen dan sebagai tanggapan atas kritik terhadap pakta keamanan dari partai oposisi negaranya, pemimpin provinsi dan media lokal. Menteri Luar Negeri Kepulauan Solomon Jeremiah Manele mengatakan pakta Cina tidak merusak pengaturan keamanan kami dengan Australia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement