Selasa 03 May 2022 21:25 WIB

Kemungkinan Kenaikan Suku Bunga Australia Jadi Fokus Kampanye Pemilu

Bank sentral segera memutuskan apakah akan menaikkan suku bunga.

Warga melintas di depan Reserve Bank of Australia di Sydney, Kamis (19/3). Koalisi yang berkuasa di Australia bersiap menghadapi kemungkinan kenaikan suku bunga pada Selasa tepat di tengah kampanye pemilihan nasional.
Foto: AP Photo/Rick Rycroft
Warga melintas di depan Reserve Bank of Australia di Sydney, Kamis (19/3). Koalisi yang berkuasa di Australia bersiap menghadapi kemungkinan kenaikan suku bunga pada Selasa tepat di tengah kampanye pemilihan nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Koalisi yang berkuasa di Australia bersiap menghadapi kemungkinan kenaikan suku bunga pada Selasa tepat di tengah kampanye pemilihan nasional. Kenaikan suku bunga itu selanjutnya dapat meningkatkan biaya hidup dan menghambat upaya pemilihan kembali Perdana Menteri Scott Morrison.

Bank Sentral Australia (RBA) akan memutuskan pada Selasa apakah akan menaikkan suku bunga resmi untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade dari rekor terendah 0,1 persen dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang melonjak pada laju tahunan tercepat di dua dekade kuartal terakhir.

Baca Juga

Morrison mengatakan para pemilih akan memahami bahwa setiap perubahan tarif akan disebabkan oleh peristiwa global dan bukan karena penanganan ekonomi oleh pemerintahnya. "Kami telah berada di lingkungan global yang agak luar biasa," kata Morrison kepada stasiun radio 3AW.

"Yang telah mendorong (suku bunga) begitu rendah dalam waktu lama adalah apa yang telah terjadi terutama di ekonomi global. Saya tidak pernah membantahnya."

Morrison menyalahkan perang di Ukraina dan penguncian COVID-19 di China atas guncangan inflasi itu, tetapi berpendapat Australia berada dalam posisi ekonomi yang lebih baik daripada banyak negara maju.

Bank sentral itu berada dalam kebingungan karena harus memutuskan apakah akan menaikkan suku bunga beberapa minggu sebelum pemilihan pada 21 Mei. Terakhir kali RBA meningkatkannya selama kampanye pemilihan adalah pada 2007 ketika Perdana Menteri John Howard kehilangan suara dan kursinya.

Jajak pendapat Reuters yang dilakukan 27-29 April menunjukkan setengah dari 32 ekonom bertaruh RBA akan menaikkan suku bunga resmi sebesar 15 basis poin menjadi 0,25 persen. Empat ekonom memperkirakan kenaikan besar sebanyak 40 basis poin.

Dengan inflasi yang naik dua kali lebih cepat dari upah, pendapatan riil berada di zona merah sehingga memberi tekanan pada koalisi Liberal-Nasional kubu Morrison, yang memiliki mayoritas kursi di majelis rendah parlemen. Partai Buruh kiri-tengah unggul dalam jajak pendapat.

Menjelang keputusan bank sentral itu, survei ANZ menunjukkan kepercayaan konsumen Australia atas pengelolaan ekonomi oleh pemerintah turun enam persen pekan lalu karena angka inflasi yang tinggi memicu kekhawatiran tentang biaya hidup.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement