Selasa 03 May 2022 12:10 WIB

Rumah Zakat Bagikan Bingkisan Keluarga bagi Lansia dan Yatim

Tidak semua anggota amsyarakat merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita

Mbah Kaminem (79), salah seorang penerima manfaat bantuan Bingkisan Lebaran Keluarga (BLK) ini merupakan seorang janda lansia di desa Randualas, dalam memenuhi kebutuhan juga mengalami kesulitan. Beliau yang saat ini tinggal dengan kedua cucunya hanya mengandalkan dari kiriman anaknya di perantauan yang sebulan sekali belum tentu ada.
Foto: istimewa
Mbah Kaminem (79), salah seorang penerima manfaat bantuan Bingkisan Lebaran Keluarga (BLK) ini merupakan seorang janda lansia di desa Randualas, dalam memenuhi kebutuhan juga mengalami kesulitan. Beliau yang saat ini tinggal dengan kedua cucunya hanya mengandalkan dari kiriman anaknya di perantauan yang sebulan sekali belum tentu ada.

REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Dalam peringatan Hari raya Idul Fitri umat Islam diseluruh Indonesia merayakannya dengan suka cita sebagai kemenangan dan kebahagiaan. Setelah sebulan penuh lamanya menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.

Pada umumnya di momen idul fitri sering kali identik dengan hal-hal yang baru, seperti baju baru, suasana cat rumah baru, hingga HP dan mobil baru. Namun, semua itu tidak lain dan tidak bukan adalah bentuk ekspresi masyarakat yang saat ini sudah menjadi budaya dalam kehidupan bermasyarakat dalam menyambut hari idul fitri. Fitri identik dengan suci atau baru, sehingga masyarakat kemudian mengartikan makna fitri dengan menghadirkan hal-hal baru disekitar mereka, terutama dalam hal sandang.

Baca Juga

Akan tetapi tidak semua masyarakat yang ada di sekitar kita mampu mengikuti prilaku budaya tersebut. Jangankan beli baju atau HP baru, beli makanan untuk kebutuhan sehari-hari saja ada yang masih kesusahan untuk memenuhinya.

Seperti halnya dengan Mbah Kaminem (79), salah seorang penerima manfaat bantuan Bingkisan Lebaran Keluarga (BLK) ini merupakan seorang janda lansia di desa Randualas, dalam memenuhi kebutuhan juga mengalami kesulitan. Beliau yang saat ini tinggal dengan kedua cucunya hanya mengandalkan dari kiriman anaknya di perantauan yang sebulan sekali belum tentu ada.

Selain itu Mbah Kaminem yang sebelumnya tinggal seorang diri ini sudah tidak lagi mampu bekerja karena faktor usia. Padahal dia sekarang malah punya tanggungan dua cucu yang harus ia berikan makan setiap hari. Alhasil tetangga kanan kiri pun banyak yang iba dan sering kali memberikan bantuan berupa lauk pauk kepada keluarga ini.

Tidak berbeda jauh dari mbah Kaminem, penerima manfaat BLK lainnya pun mengalami hal yang hampirserupa. Ialah Kukuh Setiono, anak yatim yang kini masih duduk di kelas XI ini merupakan anak dari IbuLaminem, seorang yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di salah satu Bidan di desa Randualas kecamatan Kare, Madiun.

Tyo, panggilan akrabnya merupakan anak kedua dari ibu Laminem. Tyo memiliki seorang kakak Laki-laki yang saat ini juga masih menjadi tanggungan bagi ibu Laminem. Kakak dari Tyokondisinya saat ini masih menganggur dan hanya kerja serabutan. Sehingga kebutuhan sehari-hari keluarga Tyo ini masih dipenuhi Ibu Laminem seorang diri. Tentu hal ini menjadi berat bagi Ibu Laminem,apalagi Tyo sebagai anak terakhirnya masih berstatus sebagai siswa kelas XI yang tentu memerlukan banyak biaya untuk menunjang pendidikannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement