Senin 02 May 2022 12:45 WIB

Makna Idhul Fitri 1443 H, Kembali Tunduk pada Kebenaran

Kembali tunduk kepada kebenaran dan kebaikan yang dibimbing nilai-nilai ketuhanan

Foto aerial umat Islam menunaikan ibadah Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah di Jatinegara, Jakarta, Senin (2/5/2022).
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Foto aerial umat Islam menunaikan ibadah Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah di Jatinegara, Jakarta, Senin (2/5/2022).

Oleh : Dr. H. Jazuli Juwaini, MA, Ketua Fraksi PKS DPR RI

REPUBLIKA.CO.ID, Idhul Fitri kali ini sedikit berbeda karena masyarakat kembali bisa merasakan keleluasaan dan semaraknya hari raya setelah 2 tahun lebih dibatasi akibat pandemi covid 19. Kita berdoa agar pandemi segera berakhir dan tidak muncul varian baru. Tidak pula mengalami peningkatan kasus atau setidaknya berubah menjadi endemi. Meski demikian kita tetap harus waspada, tetap menjaga protokol kesehatan, tanpa mengurangi makna idhul fitri tahun ini.

Di momentum idhul fitri setelah pandemi ini kita berharap masyarakat bisa mengobati kerinduan silaturahim dengan orang tua, saudara, kerabat dan teman-teman. Inilah modal sosial bangsa kita, yang seyogiyanya bisa kita berdayakan secara produktif. 

Tradisi silaturahim dan kebersamaan di hari idhul fitri bisa diarahkan untuk mengokohkan semangat kerja sama, gotong royong, kepedulian, toleransi dan tak kalah penting semangat solidaritas sosial di tengah-tengah masyarakat. Serta semangat saling berbagi dan membantu sesama. Terlebih lagi masyarakat kita masih dalam suasana pandemi dan beban ekonomi yang berat akibat pemutusan kerja, kenaikan harga-harga kebutuhan, dll.

Tradisi perjumpaan dan saling maaf memaafkan bisa menepis jarak, syak wasangka, bahkan konflik yang kerap mengganggu harmoni, intgrasi, dan soliditas masyarakat. Apalagi praktek hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah yang banyak beredar di media sosial. Sebaliknya perjumpaan dan maaf memaafkan bisa menjadi sarana titik temu di antara masyarakat dan elemen bangsa untuk mengokohkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Terakhir kita berharap idhul fitri yang maknanya 'hari raya fitrah' atau 'kembali kepada fitrah' bisa menyadarkan kita semua bahwa hakikatnya setiap manusia itu memiliki fitrah untuk tunduk kepada kebenaran dan kebaikan yang dibimbing oleh nilai-nilai ketuhanan (agama) yang dengannya diharapkan muncul kebajikan (dan kebijaksanaan). 

Para pemimpin bijaksana menyejahterakan rakyatnya bukan sebaliknya membebani rakyat dengan kebijakan-kebijakannya, para elit tidak memaksakan kepentingannya yang menafikan kemaslahatan bangsa dan negaranya, para buzzer/pendengung insaf untuk tidak lagi memecah-belah masyarakat dan bangsanya, dan masyarakat pada umumnya punya kesadaran moral untuk menjaga NKRI dan mewujudkan harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Semua kembali pada fitrahnya sebagai manusia yang bertuhan dan beradab dengan semua nilai kebaikan yang melekat padanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement