Selasa 03 May 2022 20:30 WIB

Cendekiawan Muslim: Pejabat Negara Harus Belajar dari Pendiri Bangsa

Para pemimpin harus belajar hidup sederhana dan memiliki gagasan yang luar biasa..

Cicit pahlawan nasional H. Agus Salim, Hedi A. Julfan menunjukkan foto kakek buyutnya di rumah kelahiran Agus Salim di Nagari Kotogadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Rabu (13/4/2022). Rumah yang telah berdiri sejak tahun 1800-an tersebut merupakan tempat masa kecil Haji Agus Salim yang merupakan seorang diplomat, jurnalis, dan Menteri Luar Negeri Indonesia pada 1947-1949.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Cicit pahlawan nasional H. Agus Salim, Hedi A. Julfan menunjukkan foto kakek buyutnya di rumah kelahiran Agus Salim di Nagari Kotogadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Rabu (13/4/2022). Rumah yang telah berdiri sejak tahun 1800-an tersebut merupakan tempat masa kecil Haji Agus Salim yang merupakan seorang diplomat, jurnalis, dan Menteri Luar Negeri Indonesia pada 1947-1949.

REPUBLIKA.CO.ID,, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Muhammadiyah Dr. Sukidi mengingatkan para pejabat negara harus belajar dari pendiri bangsa. Para pemimpin harus belajar hidup sederhana dan memiliki gagasan yang luar biasa.

"Jiwa sederhana yang dimiliki para pendiri bangsa merupakan jalan yang dipilih untuk menjiwai penderitaan rakyatnya," kata Sukidi dalam serial Inspirasi Ramadan bertajuk "Menghormati Jasa Pendiri Bangsa dalam Perspektif Islam" yang ditayangkan di akun Youtube BKN PDI Perjuangan, Ahad.

Di balik luar biasanya gagasan dan pemikiran yang dimiliki para pendiri bangsa ini, lanjut dia, para pendiri bangsa memiliki kesederhanaan yang luar biasa."Bahkan Bung Karno pernah bilang, akulah satu-satunya Presiden yang tidak memiliki rumah. Bukan hanya Bung Karno, Agus Salim salah satu tokoh besar yang hidupnya melarat. Hidupnya selalu berpindah dari kontrakan ke kontrakan lainnya, walaupun sebenarnya Agus Salim kalau mau hiduplebih dari cukup itu bisa. Hal itu karena, ia menjiwai jalan memimpin adalah jalan penderitaan," katanya.

Menurut dia, penjiwaan bahwa jabatan dan kekuasaan itu adalah jalan pengabdian untuk kesejahteraan rakyat."Bung Karno pernah mengatakan, saya tidak ingin mengambil apa pun dari rakyat saya. Yang ingin saya lakukan adalah memberi untuk rakyat dan negara saya. Ini adalah arti penting bahwa Bung Karno memaknai kekuasaan dan jabatan sebagai suatu pengabdian yang berorientasi segalanya untuk rakyat. Seharusnya hal ini dicontoh pejabat negara saat ini," tegas Sukidi dalam keterangan tertulisnya.

Dia menambahkan para tokoh dan pendiri bangsa selalu dikenang karena jalan penderitaan yang dipilih untuk mendarmabaktikan dirinya demi kepentingan negara. Para pendiri bangsa selalu dikenang karena gagasan-gagasan mereka yang diwariskan pada bangsa ini."Kenapa tokoh bangsa dapat selalu kita kenang? Bukan karena hartanya, melainkan karena gagasan yang mereka tanamkan untuk berdirinya bangsa ini. Bung Karno penggali Pancasila, Agus Salim adalah orang yang memberikan pembelaan terhadap pembebasan, Bung Hatta dengan kesederhanaan hidupnya. Dari tiga bapak pendiri bangsa ini saja kita dapat mengambil contoh. Bukan dari kemewahan yang mereka miliki, tetapi kita dapat mengenang beliau sebagai figur teladan moral," ujarnya.

Dia mengutip pernyataan J.F Kennedy, "Jangan pikirkan apa yang engkau dapat dari negara melainkan selalu berpikirapa yang Anda bisa berikan kepada negara."Kata-kata dari J.F. Kennedy ini memiliki makna yang sangat mendalam. Menuntut rakyat Indonesia untuk berkontribusi kepada negara agar Indonesia bisa menjadi negara yang maju, umat yang maju, dan warga negara yang maju," ucap Sukidi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement