Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Tentang Kesiapan Belajar dalam Pembelajaran Keberagaman

Guru Menulis | Friday, 29 Apr 2022, 11:23 WIB
Pengelompokan pembelajaran sesuai kesiapan belajar (foto:dokumen pribadi)

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul “How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom” menyampaikan bahwa dalam pembelajaran, kita dapat mengategorikan kebutuhan belajar peserta didik, sesuai tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah kesiapan belajar (readiness) peserta didik, minat peserta didik, dan profil belajar peserta didik

Secara sederhana ketiga aspek tadi dapat dijelaskan, bahwa peserta didik akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Selanjutnya, tugas-tugas tersebut memantik keingintahuan atau hasrat dalam diri peserta didik (minat). Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah apabila tugas tersebut memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Kesiapan Belajar

Kesiapan belajar adalah kemampuan peserta didik dalam mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan peserta didik akan membawa peserta didik keluar dari zona nyaman mereka.Akan tetapi, dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.

Ada banyak cara merancang pembelajaran keberagaman (berdiferensiasi) dalam membedakan kesiapan belajar. Solusi yang ditawarkan Tomlinson (2001) adalah dengan beranalogi pada sebuah alat bernama equalizer. Apabila kita menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar compact disk, tujuan kita adalah menginginkan kualitas kombinasi suara yang terbaik. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu.

Saat Bapak/Ibu mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan peserta didik akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat. Tombol-tombol pada equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan peserta didik.

Contoh yang dapat dikemukakan adalah ketika seorang guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia akan mengajarkan materi tentang teks cerita imajinasi di kelas VII SMP.

Langkah awal yang dapat dilakukan adalah analisis pemetaan peserta didik. Tindakan yang dilakukan adalah membentuk kelompok-kelompok belajar. Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis pemetaan kebutuhan peserta didik sebelumnya. Misalnya, guru menyediakan sebuah teks cerita imajinasi untuk kelompok 1 yang memiliki gaya belajar visual. Kelompok 2 yakni peserta didik bertipe auditif, sehingga perlu diberikan tautan teks audio (bisa bersumber dari podcast, atau Radio). Sedangkan kelompok 3, diberikan tugas presentasi usai mengerjakan sejumlah tugas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image