Kamis 28 Apr 2022 15:57 WIB

Harga Tiket Pesawat Mahal, Erick: Pelita Air Lahir untuk Seimbangkan Pasar

Erick Thohir menyebut Pelita Air wujudkan keseimbangan ekonomi industri pesawat

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan Pelita Air Service akan mendorong keseimbangan industri pesawat terbang di Indonesia. Kehadiran Pelita Air juga merupakan intervensi pemerintah dalam mewujudkan keseimbangan ekonomi di industri pesawat terbang Tanah Air.
Foto: Prayogi/Republika
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan Pelita Air Service akan mendorong keseimbangan industri pesawat terbang di Indonesia. Kehadiran Pelita Air juga merupakan intervensi pemerintah dalam mewujudkan keseimbangan ekonomi di industri pesawat terbang Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan Pelita Air Service akan mendorong keseimbangan industri pesawat terbang di Indonesia. Kehadiran Pelita Air juga merupakan intervensi pemerintah dalam mewujudkan keseimbangan ekonomi di industri pesawat terbang Tanah Air.

"Harga tiket mahal sekali di mana-mana, BUMN tugasnya mengintervensi ketika ketidakseimbangan terjadi, makanya kita luncurkan Pelita Air sebagai penyeimbang pasar. Kita tidak mau market besar Indonesia jadi monopoli atau oligopoli," ujar Erick saat meluncurkan operasional perdana penerbangan berjadwal reguler Pelita Air Services rute Jakarta-Denpasar di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten, Kamis (28/4).

Bagi Erick, hal ini sejalan dengan napas ekonomi bangsa yakni pemerataan dan kesejahteraan. Erick menilai kondisi pasar bebas tak berarti Indonesia harus tunduk dengan negara lain, pun market atau pasar yang besar dimonopoli oleh sebagian besar pihak.

Erick menyampaikan potensi pasar penerbangan domestik Indonesia masih terbuka lebar. Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) yang memiliki 2 ribu pesawat untuk penerbangan domestik, sementara Indonesia baru ada 400 pesawat.

"Industri penerbangan domestik kita sekitar 400 pesawat, sangat kurang, AS fokus domestik dengan 2 ribu pesawat. Padahal jumlah penduduk hampir sama, bahkan kita negara kepulauan. Jadi kebutuhan ini masih akan terus ada. Pelita Air harus menjadi paradigma baru industri penerbangan Indonesian," ucap Erick.

Erick juga ingin Pelita Air menjadi bagian dalam upaya penyehatan industri pesawat nasional. Erick tak ingin kesalahan yang sudah terjadi di tempat lain terulang di Pelita Air. Hal ini tentu merujuk pada kondisi PT Garuda Indonesia (Persero) yang saat ini tengah menjalani proses PKPU. Erick meminta pengelolaan Pelita Air harus berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik dengan mengedepankan proses bisnis yang baik, transparan, dan fokus pada bisnis utama yakni pasar domestik.

"Saya tak segan-segan kalau terulang, saya sendiri yang laporin langsung. Jadi ini harus dikelola secara transparan dengan fokus market domestik yang saya rasa jadi sebuah kesempatan untuk Pelita menjadi besar," lanjut Erick.

Erick menilai kehadiran Pelita Air tidak akan merugikan Garuda Indonesia mengingat besarnya potensi penerbangan domestik yang belum dimaksimalkan. Erick ingin menciptakan iklim industri pesawat yang sehat, baik antar BUMN maupun dengan swasta dan asing.

Erick menilai persaingan sehat akan berdampak baik bagi kondisi perusahaan. Erick sendiri telah mendapat laporan bahwa Pelita Air berhasil mendapatkan harga sewa yang jauh lebih murah dibandingkan dengan Garuda, atau relatif sama dengan swasta.

"Kondisi Garuda yang sekarang masih di PKPU kan belum putus. Harga tiket mahal lalu kita diem saja, kita punya kekuatan sendiri, ekosistem dengan fair play, bukan kompetisi jahat. Ini yang kita lakukan, Garuda kita tunggu PKPU tanggal 17, tapi dengan harga tiket mahal, Pelita lahir," kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement