Rabu 27 Apr 2022 00:16 WIB

Anak Krakatau Naik Level, Indonesia Care Siagakan Relawan Pesisir

Relawan pesisir Indonesia Care siaga dan terus memantau kondisi anak Krakatau

Relawan melihat aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi terlihat dari KRI Torani 860 di Perairan Selat Sunda, Lampung Selatan, Jumat (28/12). Ilustrasi.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Relawan melihat aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi terlihat dari KRI Torani 860 di Perairan Selat Sunda, Lampung Selatan, Jumat (28/12). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Masyarakat Panimbang, Pandeglang mulai merasakan adanya peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau. Sejak beberapa hari terakhir Gunung Anak Krakatau terus menampakkan aktivitas seismik dan vulkaniknya.

Suara gemuruh dan hujan abu mulai dirasakan kawasan pesisir. "Kita kadang sulit tidur. Lebih waspada. Suara gemuruh dan dentuman saat malam dan cuaca hujan sering terdengar dari puncak gunung anak Krakatau. Namun masyarakat sepertinya sudah menganggap biasa," ujar Relawan Indonesia Care yang juga warga pesisir Panimbang, Siti Nurkhafsoh, Selasa (26/4/2022).

Baca Juga

Getaran seismik juga kadang terasa dan semakin rutin dirasakan masyarakat. "Pasir abu vulkanik juga sudah mulai turun tipis-tipis jika angin mengarah ke sini," imbuhnya.

Selain Siti, Imron warga Pandeglang lainnya juga mengaku adanya kekhawatiran atas peningkatan aktivitas vulkanik anak krakatau. "Beberapa kali gempa kami rasakan disini. Kami khawatir gempa-gempa yang sering terjadi dan bersumber dari patahan sesar di selatan pulau Jawa itu dapat membangunkan anak Krakatau dan kembali menimbulkan letusan hebat seperti tahun 1883 lalu," ujar Relawan dari Brigade Relawan Nusantara (BRN) yang juga Ketua RT di kampung Jalupang, Desa Citereup, kabupaten Pandeglang tersebut.

Menanggapi hal itu, Managing Director lembaga kemanusiaan Indonesia Care Rahadiansyah mengaku saat ini siaga dan terus memantau kondisi anak Krakatau melalui para relawan pesisirnya. "Selain memantau melalui CCTV dan menara pantau PVMBG, kami juga menerjunkan tim relawan lokal yang tinggal di pesisir untuk memantau kondisi. Apabila eskalasi gunung meningkat, relawan akan membantu pemerintah, Basarnas, BNPB, dan lembaga lainnya untuk mengarahkan masyarakat menuju jalur-jalur evakuasi menjauh dari kawasan bibir pantai," ujarnya.

Pria yang akrab disapa Anca itu menghimbau masyarakat tidak panik tapi tetap waspada. Ia meminta masyarakat ikuti tips yang ia berikan. "Siagakan selalu tas yang sudah terisi kebutuhan darurat seperti alat P3K, senter, baju, jas hujan, peralatan mandi, copy dokumen penting serta kebutuhan makanan siap santap dalam satu tas siaga bencana. Taruh tas di dekat akses keluar rumah dan mudah terlihat," ujarnya.

Bagi warga pesisir, perhatikan dengan jeli tinggi muka air laut. "Jika terjadi penyusutan tiba-tiba dalam waktu singkat, segera evakuasi keluarga ke lokasi yang lebih tinggi dan jauhi bibir pantai. Sedapat mungkin bergerak menjauh hingga dipastikan aman. Siagakan kendaraan motor atau mobil dengan BBM selalu full. Jangan taruh benda-benda yang bisa menghambat jalan evakuasi. Selalu lapangkan jalannya," kata mantan relawan sejumlah lembaga kemanusiaan tersebut.

Anca meminta para relawan mengingatkan masyarakat agar tetap memakai masker. "Karena abu vulkanik abu vulkanik sangat berbahaya apabila terhirup. Partikelnya mengandung pyroclastic halus yang bisa merobek paru-paru," ungkapnya.

Dari sisi spiritual, lanjut Anca, masyarakat perlu lebih mendekat kepada Sang Pencipta. "Relawan Indonesia Care akan senantiasa mengajak dan mengingatkan warga di sana meningkatkan doa dan berbuat kebaikan pada sesama. Ini yang akan menjauhkan musibah dari kita. Apalagi sekarang momentum bulan suci Ramadhan. Doa dan zikir akan menjadi healing personal terutama buat mereka yang ketakutan," katanya.

Di momen hari kesiapsiagaan bencana tanggal 26 April ini, Indonesia Care mengingatkan agar setiap diri kita bisa menjadi penyelamat minimal bagi dirinya sendiri. "Caranya dengan meningkatkan kesiapsiagaan dan pengetahuan tentang kebencanaan. Terus upgrade pemahaman kita soal bencana. Jangan lengah karena bencana selalu ada di sekitar kita," imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan potensi gelombang tinggi atau tsunami. Hal ini menyikapi status aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Dia menyampaikan saat ini telah terjadi peningkatan status Anak Krakatau dari level 2 atau waspada menjadi level 3 atau siaga. Gunung yang berada di Selat Sunda itu kembali mengalami erupsi pada Ahad (24/4/2022).

"Masyarakat diminta untuk waspada terhadap potensi tsunami terutama di malam hari karena kita tidak bisa melihat berbagai kemungkinan dari arah laut," kata Dwikorita dalam konferensi pers yang disiarkan di channel Youtube Info BMKG, Senin (25/4/2022) malam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement