Selasa 26 Apr 2022 21:25 WIB

Perusahaan Pertahanan AS Didesak Tingkatkan Produksi Rudal Stinger

Rudal Stinger yang ditembakkan dari bahu sangat diminati di Ukraina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Rudal Stinger yang ditembakkan dari bahu sangat diminati di Ukraina.
Foto: Reuters/Missile Defense Agency
Rudal Stinger yang ditembakkan dari bahu sangat diminati di Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Rudal Stinger yang ditembakkan dari bahu sangat diminati di Ukraina. Rudal buatan Amerika Serikat (AS) ini telah berhasil menghentikan serangan Rusia dari udara.

Tetapi pasokan rudal Stinger telah menyusut. Amerika Serikat lebih banyak memproduksi senjata anti-pesawat untuk menghadapi rintangan yang signifikan.

Produksi rudal Stinger menghadapi tantangan, termasuk komplikasi yang terkait dengan peningkatan produksi, dan keengganan AS untuk mengalihkan kapasitas manufaktur yang berharga ke teknologi berusia puluhan tahun. Selain itu, ada ketakutan di antara perusahaan pertahanan bahwa mereka akan terjebak dengan senjata yang tidak diinginkan ketika perang Ukraina mereda.

Sementara pasukan AS memiliki penggunaan terbatas untuk pasokan Stingers saat ini. Stinger adalah senjata ringan dan mandiri yang dapat digunakan dengan cepat untuk bertahan melawan helikopter, pesawat terbang, drone, dan bahkan rudal jelajah.

"Tepat sebelum Ukraina menyerang, kami akan melepaskan (produksi) Stingers," kata sumber kongres.  

Menurut seorang pejabat Pentagon dan sumber kongres, pejabat Pentagon khawatir tentang surplus permintaan Stinger yang "berkurang". Dalam unggahan Menteri Pertahanan Lithuania, Arvydas Anusauskas di Facebook pada 6 April, pasukan Ukraina telah menembak jatuh setidaknya enam target menggunakan Stinger yang disediakan oleh Lithuania, termasuk helikopter, pesawat, drone dan rudal jelajah. Namun Reuters tidak dapat memverifikasi klaim tersebut.

Sejak Februari, AS telah mengirimkan 1.400 Stinger ke Ukraina. Tetapi saat ini, stok Stinger di pasaran mulai berkurang. Juru bicara Pentagon Jessica Maxwell, mengatakan, lini produksi Stinger ditutup pada Desember 2020. Kemudian Raytheon Technologies memenangkan kontrak pada Juli 2021 untuk memproduksi lebih banyak Stinger tetapi hanya untuk kebutuhan dalam negeri. Satu-satunya fasilitas Stinger, di Arizona, hanya memproduksi dengan harga rendah.

Pentagon belum memesan Stinger baru selama bertahun-tahun, tetapi telah memesan suku cadang atau melakukan upaya lain untuk meningkatkan pasokan. Angkatan Darat berada di tengah-tengah rencana perpanjangan masa pakai untuk beberapa Stinger yang akan menjadi usang pada 2023. Angkatan Darat akan memperpanjang masa manfaat Stinger hingga 2030.

Pentagon melakukan pertemuan dengan delapan CEO kontraktor pertahanan pada pertengahan April untuk membicarakan pasokan senjata ke Ukraina, termasuk Stinger. Dua sumber yang mengetahui pertemuan itu mengatakan, CEO Raytheon Greg Hayes mencatat bahwa diperlukan enam hingga 12 bulan untuk memulai kembali jalur produksi amunisi. Namun Raytheon menolak berkomentar lebih lanjut.

Pada pertemuan CEO, eksekutif industri menyuarakan keberatan tentang peningkatan produksi senjata.  Seorang CEO mengatakan, ketika perang Ukraina mereda, mereka tidak ingin terjebak dengan gudang yang penuh dengan persediaan dan tidak dapat dijual.

Kongres juga menginginkan lebih banyak Stinger, atau setidaknya senjata sesuatu yang memiliki fungsi sama dengan Stinger. Ketua Komite Angkatan Bersenjata  Adam Smith, menulis surat kepada Menteri Pertahanan Lloyd Austin minggu lalu. Dalam surat itu, Smith menyoroti bahwa Departemen Pertahanan tidak berencana untuk memenuhi persyaratan pengisian pertahanan udara jarak pendek. Termasuk memasok Stinger.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement