Senin 25 Apr 2022 17:25 WIB

Pamerkan Koleksi Luwur, Karya SMK Asal Kudus Ini Tuai Perhatian di MUFFEST+ 2022  

Sejatinya, Luwur merupakan tradisi turun-temurun di Kudus.

Karya dari SMK NU Banat, Kudus, Jawa Tengah, Zelmira, di hari kedua gelaran Muslim  Fashion Festival+ (MUFFEST+) 2022, akhir pekan kemarin.i
Foto: Dok. Zel
Karya dari SMK NU Banat, Kudus, Jawa Tengah, Zelmira, di hari kedua gelaran Muslim Fashion Festival+ (MUFFEST+) 2022, akhir pekan kemarin.i

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS – Karya dari SMK NU Banat, Kudus, Jawa Tengah, Zelmira, kembali mengundang decak kagum ketika menampilkan koleksi terbaru di hari kedua gelaran Muslim  Fashion Festival+ (MUFFEST+) 2022, akhir pekan kemarin. Karya bertema ‘Luwur’ yang diusung para siswi SMK salah satu sekolah binaan Djarum Foundation tersebut dibanjiri tepuk tangan dari para fashionista yang hadir di Grand Ballroom The Ritz-Cartlon, Pasific Place, Jakarta Selatan. 

Salah satu pujian datang dari selebgram dan juga fashion enthusiast, Irani Vianza, yang terpukau saat delapan muse membawakan koleksi Luwur melenggang di runway. Irani tak menyangka siswi SMK bisa menampilkan karya yang tak kalah bagus dari desainer kenamaan.

Baca Juga

“Saya awalnya tidak menyangka kalau ini buatan anak SMK. Karena look dan detailnya sangat bagus, apalagi begitu tahu kalau ternyata Luwur mengangkat konsep kearifan lokal. Menurut saya ini hal yang unik sekaligus keren, karena bisa mengaplikasikan konsep itu menjadi busana yang desainnya khas banget," kata Irani usai menyaksikan karya-karya Zelmira tersebut.

Hal senada juga diungkapkan oleh desainer profesional, Ali Charisma. Pria kelahiran Bali ini mengapresiasi karya Luwur dari Zelmira yang sangat wearable sehingga akan sangat mudah diserap oleh pasar. Sementara, dari sisi desain, Ali juga berharap Zelmira tetap mampu memadukan tren busana yang sedang berkembang dengan kearifan lokal yang ada di Indonesia.

“Dari karya Zelmira ini bertema Luwur, menurut saya anak-anak SMK NU Banat sudah memiliki identitas yang jelas, yaitu membuat pakaian yang wearable dengan mengusung nilai-nilai historis bangsa sehingga saya sangat yakin karya-karya ini bisa dengan mudah diterima oleh masyarakat. Saya berharap, Zelmira beserta konsep yang diusungnya bisa menjadi lokomotif dan menginspirasi sekolah-sekolah kejuruan lain di Indonesia untuk melakukan pola serupa sehingga nantinya kita bisa melihat lahirnya desainer-desainer muda dari kalangan smk di penjuru Indonesia,” kata Ali.

Sejatinya, Luwur merupakan tradisi turun-temurun di Kudus yang merujuk pada sebuah kegiatan tahunan membuka dan mengganti kain kelambu pembungkus nisan dan cungkup makam Sunan Kudus. Biasanya, prosesi tersebut dilakukan setiap tanggal 10 Muharram dalam kalender Hijriyah. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan atas jasa-jasa yang telah dilakukan Sunan Kudus bagi penduduk sekitar. 

Salah satu siswi SMK NU Banat yang juga tergabung sebagai tim desainer Zelmira, Dewi Rosita mengaku antusias sekaligus bahagia, karena ia bersama timnya dapat memamerkan koleksi Luwur di fashion show bergengsi level nasional tersebut. Bagi Dewi, keikutsertaan mereka di MUFFEST+ 2022 dapat memperkaya wawasan akan perkembangan dunia fashion.

“Kami merasa bangga bisa berpartisipasi di MUFFEST+ 2022. Karena banyak sekali brand fashion dan juga lebih dari 100 desainer kenamaan yang meramaikan acara ini sehingga ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami tentang perkembangan dunia fashion yang kelak bisa menjadi insipirasi dalam menghadirkan koleksi-koleksi selanjutnya. Selain itu kami juga berharap di ajang ini brand Zelmira bisa semakin dikenal oleh masyarakat luas,” ujar Dewi.

Selain Dewi, terdapat tiga siswi SMK NU Banat lainnya yang ikut ambil bagian dalam eksibisi ini yaitu Munira, Fathin Naziha dan Najla Mufida Azmi. Keempatnya merupakan siswa kelas XII jurusan Tata Busana.

Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Galuh Paskamagma mengungkapkan, melalui keterlibatan di MUFFEST+ 2022, para siswi dilatih mengasah kemampuan soft skills mereka sebagai seorang desainer, khususnya dalam hal berinteraksi kepada konsumen dalam menjelaskan tema yang dipilih, material yang digunakan sehingga meyakinkan konsumen untuk bertransaksi. Hal tersebut selaras dengan tujuan Zelmira sebagai Teaching Factory yang merupakan bagian dari proses belajar di SMK. Melalui metode tersebut, para siswa dituntut untuk bisa menerapkan keterampilan yang dipelajari di sekolah menjadi sebuah karya berkualitas yang dapat bersaing di pasaran.

“Agar bisa menghasilkan produk yang berkualitas, para siswa tidak bisa bertumpu pada hard skills saja, tapi juga harus memiliki keterampilan lunak (soft skills) yang tinggi. Untuk itu, kegiatan di MUFFEST ini menjadi salah satu kesempatan untuk siswa SMK NU Banat Kudus mempraktikkan hard skills dan soft skills yang selama ini di pelajari di sekolah. Selain bisa berkarya melalui desain kreatif, ini juga menjadi kesempatan besar karena bisa terjun langsung dan menghadapi kondisi pasar yang sebenarnya,” kata Galuh.

sumber : Kemendikbud
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement