Sabtu 23 Apr 2022 19:43 WIB

PBB Serukan Kekerasan Pasukan Israel di Al-Aqsa Diselidiki Independen

Penggunaan kekuatan oleh polisi Israel yang mengakibatkan korban harus diselidiki.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Warga Palestina mengumpulkan batu untuk dilemparkan ke polisi Israel setelah mereka memasuki kompleks Masjid Al Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, Jumat, 22 April 2022. PBB secara khusus menyerukan penyelidikan independen atas aksi kekerasan yang dilakukan pasukan Israel terhadap jamaah Muslim di kompleks Masjid Al-Aqsa pekan lalu.
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Warga Palestina mengumpulkan batu untuk dilemparkan ke polisi Israel setelah mereka memasuki kompleks Masjid Al Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, Jumat, 22 April 2022. PBB secara khusus menyerukan penyelidikan independen atas aksi kekerasan yang dilakukan pasukan Israel terhadap jamaah Muslim di kompleks Masjid Al-Aqsa pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- PBB menyuarakan keprihatinan mendalam atas memburuknya situasi keamanan di wilayah Palestina yang diduduki selama sebulan terakhir. PBB secara khusus menyerukan penyelidikan independen atas aksi kekerasan yang dilakukan pasukan Israel terhadap jamaah Muslim di kompleks Masjid Al-Aqsa pekan lalu.

“Kami sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di wilayah pendudukan Palestina dan Israel selama sebulan terakhir,” kata juru bicara Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Ravina Shamdasani, dikutip laman kantor berita Palestina, Jumat (22/4/2022).

Baca Juga

Dia pun menyoroti aksi kekerasan pasukan Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa. "Penggunaan kekuatan oleh polisi Israel yang mengakibatkan (korban) luka luas di antara jamaah dan staf di dalam serta sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa harus segera diselidiki, tidak memihak, independen dan transparan," ucapnya.

Shamdasani menekankan, mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran apa pun harus dimintai pertanggungjawaban, Ia mengungkapkan, kekerasan yang dilakukan pasukan Israel di kompleks Al-Aqsa dan beredar luas di media sosial, menimbulkan kekhawatiran serius terkait penggunaan kekuatan sembarangan serta tidak perlu.

Dia pun menyoroti operasi penangkapan yang dijalankan pasukan Israel di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Menurutnya hal itu pun menimbulkan kekhawatiran tentang penggunaan kekuatan yang berlebih dan perlakuan buruk serta penangkapan sewenang-wenang terhadap anggota keluarga yang dicari.

"Beberapa pembunuhan, termasuk khususnya pasukan keamanan Israel yang menembak seorang wanita Palestina di Husan pada 10 April, menimbulkan kekhawatiran serius akan penggunaan kekuatan yang berlebihan dan perampasan nyawa secara sewenang-wenang," katanya.

Pada Jumat (15/4/2022) pekan lalu, pasukan Israel melakukan penggerudukan ke kompleks Al-Aqsa. Momen itu terjadi saat ribuan Muslim di sana hendak menunaikan salat subuh. Israel mengatakan, pada awalnya pasukannya memasuki kompleks Al-Aqsa untuk mengangkut batu-batu yang dikumpulkan sekelompok warga di area situs suci umat Islam tersebut.

Pasukan Israel berusaha mencegah agar batu itu tak digunakan untuk menyerang mereka. Menurut kepolisian Israel, mereka mulai melakukan penyerbuan setelah adanya sekelompok warga yang melemparkan batu ke arah ruang doa umat Yahudi di Tembok Barat. Polisi Israel hendak membubarkan dan memukul mundur kelompok tersebut. Pada momen itulah bentrokan pecah. Lebih dari 150 warga Palestina mengalami luka-luka dalam kejadian itu.

Setelah kejadian itu, sekelompok pemukim Yahudi Israel turut melakukan penggerudukan ke kompleks Al-Aqsa. Mereka masuk dengan mendapat pengawalan dari pasukan Israel. Pada Selasa (19/4/2022) lalu, misalnya, puluhan pemukim Israel memasuki kompleks Al-Aqsa dan mengusir jamaah serta Mourabitoun, yakni sekumpulan pria dan wanita Palestina yang ditunjuk untuk melindungi situs suci milik umat Islam tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement