Jumat 22 Apr 2022 14:11 WIB

Uang Beredar pada Maret 2022 Capai Rp 7.810,9 Triliun

Peningkatan uang beredar pada Maret dipengaruhi berlanjutnya penyaluran kredit

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga menunjukkan uang baru yang ditukarkan pada mobil kas keliling Bank Indonesia (BI) di Pasar Koja Baru, Jakarta Utara. Bank Indonesia (BI) merilis likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2022 yang tumbuh meningkat. Posisi M2 pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp 7.810,9 triliun atau tumbuh 13,3 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2022 yang tercatat sebesar 12,8 persen (yoy).
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Warga menunjukkan uang baru yang ditukarkan pada mobil kas keliling Bank Indonesia (BI) di Pasar Koja Baru, Jakarta Utara. Bank Indonesia (BI) merilis likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2022 yang tumbuh meningkat. Posisi M2 pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp 7.810,9 triliun atau tumbuh 13,3 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2022 yang tercatat sebesar 12,8 persen (yoy).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) merilis likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2022 yang tumbuh meningkat. Posisi M2 pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp 7.810,9 triliun atau tumbuh 13,3 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2022 yang tercatat sebesar 12,8 persen (yoy). 

Kepala Grup Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan menyampaikan, perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 18,7 persen (yoy) dan pertumbuhan uang kuasi sebesar 6,9 persen (yoy). 

“Peningkatan pertumbuhan M2 pada Maret 2022 terutama dipengaruhi oleh berlanjutnya akselerasi penyaluran kredit,” katanya dalam keterangan pers, Jumat (22/4). 

Penyaluran kredit pada Maret 2022 tumbuh 6,4 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,1 persen (yoy). Sementara itu, ekspansi keuangan Pemerintah melambat.

Hal tersebut tercermin dari menurunnya pertumbuhan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat menjadi sebesar 27,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Februari 2022 sebesar 42,7 persen (yoy). Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih terkontraksi 1,5 persen (yoy), berbeda dengan bulan sebelumnya yang tumbuh positif 1,4 persen (yoy). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement