Kamis 21 Apr 2022 06:21 WIB

Rusia Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua

Uji coba ini sukses dilakukan karena mengenai sasaran di semenanjung Kamchatka.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi: Rudal Balistik
Foto: wordpress.com
Ilustrasi: Rudal Balistik

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Rusia telah melakukan uji peluncuran pertama rudal balistik antarbenua Sarmat. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan tindakan ini akan membuat musuh-musuh Moskow berhenti dan berpikir, Rabu (20/4/2022).

"Sesuatu kompleks baru ini memiliki karakteristik taktis dan teknis tertinggi dan mampu mengatasi semua sarana pertahanan anti-rudal modern. Ini tidak memiliki analog di dunia dan tidak akan lama lagi muncul," kata Putin.

Baca Juga

Dalam siaran televisi, Putin diberitahu oleh militer bahwa rudal telah diluncurkan dari Plesetsk di barat laut negara itu. Uji coba ini pun sukses dilakukan karena mengenai sasaran di semenanjung Kamchatka di timur jauh.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, Sarmat ditembakkan dari peluncur silo pada 15.12 waktu setempat dan hulu ledak pelatihan mencapai jangkauan uji di Kamchatka, hampir 6.000 km jauhnya di Pasifik. "Senjata yang benar-benar unik ini akan memperkuat potensi tempur angkatan bersenjata kita, memastikan keamanan Rusia dari ancaman eksternal dan menyediakan bahan pemikiran bagi mereka yang, dalam panasnya retorika agresif yang hiruk pikuk, mencoba mengancam negara kita," ujar Putin.

Menurut laporan Kantor Berita Rusia //TASS//, Kepala badan antariksa Roscosmos Dmitry Rogozin mengatakan, pasukan nuklir Rusia akan mulai menerima pengiriman rudal baru usai pengujian selesai pada musim gugur tahun ini. Pemimpin redaksi majalah //National Defence// Rusia Igor Korotchenko mengatakan kepada kantor berita //RIA// bahwa itu adalah sinyal ke Barat bahwa Moskow mampu melakukan pembalasan yang menghancurkan. Serangan itu  akan mengakhiri sejarah negara mana pun yang telah melanggar batas keamanan Rusia dan rakyatnya.

Sarmat telah dikembangkan selama bertahun-tahun dan peluncuran uji cobanya bukanlah kejutan bagi Barat. Namun tindakan ini datang pada saat ketegangan geopolitik ekstrem atas perang di Ukraina.

Peneliti senior untuk kedirgantaraan militer di International Institute for Strategic Studies Douglas Barrie mengatakan, peluncuran itu merupakan tonggak penting setelah bertahun-tahun tertunda karena masalah pendanaan dan tantangan desain. Dia mengatakan lebih banyak tes akan diperlukan sebelum Rusia benar-benar dapat menempatkannya sebagai pengganti rudal SS-18 dan SS-19 yang sudah tua yang melewati tanggal penjualan.

Barrie mengatakan kemampuan Sarmat untuk membawa 10 atau lebih hulu ledak dan umpan. Senjata yang menjadi opsi Rusia untuk menembakkannya di atas salah satu kutub Bumi, menimbulkan tantangan bagi sistem radar dan pelacakan berbasis darat dan satelit.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement