Kamis 21 Apr 2022 03:25 WIB

Warga Palestina Selalu Jadi Korban Kekerasan Israel di Bulan Suci

Yerusalem telah menjadi tempat konflik dan kekerasan antara Palestina dan Israel.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Agung Sasongko
Polisi Israel dikerahkan di Kota Tua Yerusalem, Minggu, 17 April 2022. Polisi Israel bentrok dengan warga Palestina di luar Masjid Al-Aqsha setelah polisi membersihkan warga Palestina dari kompleks yang luas untuk memfasilitasi kunjungan rutin orang Yahudi ke tempat suci dan menuduh warga Palestina.
Foto: AP/Mahmoud Illean
Polisi Israel dikerahkan di Kota Tua Yerusalem, Minggu, 17 April 2022. Polisi Israel bentrok dengan warga Palestina di luar Masjid Al-Aqsha setelah polisi membersihkan warga Palestina dari kompleks yang luas untuk memfasilitasi kunjungan rutin orang Yahudi ke tempat suci dan menuduh warga Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Yerusalem telah menjadi tempat konflik dan kekerasan antara Palestina dan Israel selama 100 tahun.  Tahun lalu, serangan kekerasan di kompleks itu merupakan salah satu pemicu pemboman 11 hari di Gaza, yang mengakibatkan kematian sedikitnya 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, dan 12 warga Israel, termasuk dua anak-anak.

TRT World melihat mengapa kompleks Masjid Al Aqsa menjadi titik nyala konflik Israel-Palestina. Masjid ini bagi umat Islam adalah tempat suci, sementara orang Yahudi menyebutnya sebagai Bukit Bait Suci.

 

Sebagai bagian dari kesepahaman antara negara tetangga Yordania dan Israel, Yordania berfungsi sebagai penjaga situs, yang dioperasikan oleh wakaf Islam. Hanya muslim yang bisa berdoa di dalam, dan orang Yahudi di Tembok Barat. Israel bertanggung jawab atas keamanan di masjid. 

 

Selama bertahun-tahun orang Israel telah mengabaikan pengaturan yang disepakati pada tahun 1967 oleh Israel, Yordania dan otoritas agama Muslim dan telah mengunjungi kompleks dalam jumlah yang lebih besar dan mengadakan doa yang bertentangan. 

 

Warga Palestina memandang kunjungan yang dikawal polisi itu sebagai provokasi yang kerap memicu kekerasan serius. Beberapa orang Israel mengatakan situs itu harus terbuka untuk semua jamaah.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement