Rabu 20 Apr 2022 20:25 WIB

Protes Barat Bahayakan Masa Depan G20

Protes Barat membahayakan masa depan G20 sebagai forum utama perekonomian dunia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Peserta delegasi negara G20 berbincang-bincang sebelum memulai rapat pertemuan
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Peserta delegasi negara G20 berbincang-bincang sebelum memulai rapat pertemuan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Negara-negara Barat ingin memboikot pertemuan menteri keuangan negara-negara industri yang tergabung dalam Group of 20 (G20). Perpecahan atas invasi Rusia ke Ukraina ini dinilai membahayakan masa depan G20 sebagai forum utama perekonomian dunia.

G20 dikenal sebagai wadah perekonomian negara kaya dan berkembang  dalam upaya bersama pemulihan krisis finansial 2008-2009. Sejak itu G20 melakukan banyak hal mulai dari reformasi pajak internasional, menyalurkan pinjaman bantuan pandemi Covid-19 sampai upaya menanggulangi dampak perubahan iklim. Tapi tidak semua programnya berhasil.

Baca Juga

"G20 beresiko pecah dan pekan ini sangat amat penting," kata direktur Atlantic Council's GeoEconomics Center dan mantan penasihat Dana Moneter Internasional (IMF) Josh Lipsky, Rabu (20/4/2022).

Lipsky mengatakan jika negara-negara demokrasi Barat melemah demi G7 atau kelompok lain, maka hanya akan menguatkan pengaruh ekonomi China.

"Rusia bisa bersekutu dengan China dan saya pikir dari perspektif Rusia itu akan menjadi hasil yang baik dan sebenarnya memberi mereka lebih berpengaruh dibandingkan yang mereka miliki di lembaga seperti G20," kata Lipsky.

Sebelumnya negara-negara Barat mempersiapkan aksi boikot dan langkah diplomasi lainnya di pertemuan menteri keuangan G20 di Washington. Langkah itu sebagai bentuk protes invasi Rusia ke Ukraina.

Beberapa negara Barat mengatakan karena tindakannya Rusia seharusnya dilarang mengikuti pertemuan global. Perekonomian terbesar kedua di dunia, China dan presiden G20 saat ini, Indonesia tidak sepakat dengan pandangan tersebut.

Pada Selasa (19/4/2022) kemarin Moskow mengkonfirmasi Menteri Keuangan Anton Siluanov akan memimpin delegasi Rusia dalam pertemuan tersebut. Walaupun diplomat Barat sudah berulang kali mengancam mereka tidak akan datang ke pertemuan itu karena ribuan warga sipil sedang dibombardir pasukan Rusia.

"Selama dan setelah pertemuan kami akan memberikan pesan tegas dan kami tidak sendirian dalam melakukannya," kata sumber pemerintah Jerman.

Ia menuduh Rusia memulai konflik yang menyebabkan kenaikan harga pangan dan energi dunia. Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen berencana menghindari pertemuan yang dihadiri pejabat Rusia dalam pertemuan selingan dengan IMF dan Bank Dunia.

Namun, kata seorang pejabat Kementerian Keuangan AS, Yellen akan menghadiri sesi pembukaan mengenai perang Ukraina walaupun sesi itu juga dihadiri Rusia. Sumber pemerintah Inggris mengatakan Menteri Keuangan Rishi Sunak juga tidak akan menghadiri sesi pertemuan G20 tertentu.

Sementara seorang pejabat Kementerian Keuangan Prancis memprediksi sejumlah menteri negara G7 akan meninggalkan ruangan saat rekan Rusia mereka berbicara. Pejabat Prancis dan Jerman mengatakan tidak ada kesepakatan untuk menyampaikan pernyataan bersama di akhir pertemuan.

Selain negara-negara G7 yang terdiri dari AS, Kanada, Jepang, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia. G20 juga melibatkan Cina, India, Brasil, dan Indonesia sebagai negara berkembang. Terdapat perbedaan tajam antara dua kelompok itu mengenai bagaimana seharusnya perekonomian dunia bekerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement