Rabu 20 Apr 2022 11:58 WIB

Polisi Sri Lanka Gunakan Peluru Tajam Bubarkan Demonstrasi

Satu pengunjuk rasa meninggal dunia dan 12 terluka dirawat di rumah sakit

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Warga Sri Lanka mengangkat ponsel mereka saat berjaga mengutuk penembakan polisi terhadap pengunjuk rasa di Rambukkana, 90 kilometer (55 mil) timur laut Kolombo, pada protes di luar kantor presiden di Kolombo, Sri Lanka, Selasa, 19 April 2022. Sri Polisi Lanka Selasa melepaskan tembakan ke sekelompok orang yang memprotes kenaikan harga bahan bakar baru, menewaskan satu orang dan melukai 10 lainnya, dalam penembakan pertama oleh pasukan keamanan selama berminggu-minggu demonstrasi atas krisis ekonomi terburuk negara itu dalam beberapa dasawarsa.
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Warga Sri Lanka mengangkat ponsel mereka saat berjaga mengutuk penembakan polisi terhadap pengunjuk rasa di Rambukkana, 90 kilometer (55 mil) timur laut Kolombo, pada protes di luar kantor presiden di Kolombo, Sri Lanka, Selasa, 19 April 2022. Sri Polisi Lanka Selasa melepaskan tembakan ke sekelompok orang yang memprotes kenaikan harga bahan bakar baru, menewaskan satu orang dan melukai 10 lainnya, dalam penembakan pertama oleh pasukan keamanan selama berminggu-minggu demonstrasi atas krisis ekonomi terburuk negara itu dalam beberapa dasawarsa.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Polisi Sri Lanka menembakkan peluru tajam untuk membubarkan pengunjuk rasa pada Selasa (19/4/2022). Tindakan itu menewaskan satu orang dan melukai belasan lainnya.

Direktur Rumah Sakit Pendidikan Kegalle Mihiri Priyangani mengatakan, setidaknya satu pengunjuk rasa meninggal dunia dan 12 terluka dirawat di rumah sakit, termasuk dua dalam kondisi kritis. Jatuhnya korban jiwa ini terjadi setelah bentrokan pecah antara demonstran dan polisi di pusat kota Rambukkana.

Baca Juga

Priyangani mengatakan, kematian pertama sejak protes yang sebagian besar damai dimulai bulan lalu  ini kemungkinan terjadi akibat tembakan. "Kami mencurigai luka tembak tetapi perlu pemeriksaan mayat untuk mengkonfirmasi penyebab pasti kematian," katanya.

Juru bicara polisi Nalin Thalduwa mengatakan, kekerasan meletus setelah polisi meminta pengunjuk rasa untuk menjauh dari jalur kereta api utama yang telah petugas blokir selama berjam-jam "Untuk mengendalikan situasi, polisi menembaki para pengunjuk rasa," katanya.

"Beberapa polisi yang terluka juga telah dirawat di rumah sakit. Polisi masih berada di daerah itu dan berusaha memulihkan ketenangan," ujarnya.

Beberapa kelompok hak asasi dan diplomat asing menyerukan untuk menahan diri dan mengutuk kekerasan di Rambukkana. Polisi sebelumnya telah memberlakukan jam malam pada Selasa malam.

"Penyelidikan penuh dan transparan sangat penting dan hak rakyat untuk protes damai harus ditegakkan," kata Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Sri Lanka Julie Chung.

Demonstrasi telah berkecamuk di negara kepulauan Asia Selatan berpenduduk 22 juta orang selama berminggu-minggu. Mereka menyuarakan kemarahan terhadap kesalahan penanganan ekonomi oleh pemerintah yang telah menyebabkan kekurangan kebutuhan pokok dan pemadaman listrik yang berkepanjangan.

Pemerintah sedang mencari bantuan untuk membantu menambah cadangannya dan menarik pembiayaan untuk membayar impor penting bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.  Pembantu Menteri Keuangan Ali Sabry, Shamir Zavahir, mengatakan di Twitter bahwa Kolombo telah meminta pinjaman Dana Moneter Internasional (IMF) di bawah jendela instrumen keuangan cepat (RFI). Tindakan ini dimaksudkan untuk negara-negara yang membutuhkan dukungan neraca pembayaran yang mendesak untuk mengabulkan permintaan itu.

Kementerian Keuangan Sri Lanka menyatakan, IMF kemudian memberi tahu Menteri Sabry bahwa India juga telah membuat perwakilan atas nama Sri Lanka untuk RFI. "Telah dikomunikasikan bahwa IMF akan mempertimbangkan permintaan khusus yang dibuat meskipun berada di luar keadaan standar untuk penerbitan RFI," katanya.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengonfirmasi melalui Twitter setelah pertemuan dengan Sabry pada Selasa. Keduanya membahas tindakan kebijakan dan akan bekerja sama untuk memetakan jalur menuju pemulihan di Sri Lanka.

Sabry pada awal April menyatakan, Sri Lanka membutuhkan 3 miliar dolar AS dalam beberapa bulan mendatang dari berbagai sumber termasuk IMF, Bank Dunia, dan India untuk mencegah krisis. India dan China telah memberikan dukungan keuangan miliaran dolar ke Sri Lanka saat Sabry bertemu dengan mitranya dari India Nirmala Sitharaman di sela-sela pembahasan IMF.

Kedua belah pihak menyatakan sepakat untuk memperdalam kerja sama. "India akan mendukung penuh pertimbangan Sri Lanka dengan IMF, terutama atas permintaan khusus yang dibuat untuk mempercepat fasilitas dana yang diperpanjang," kata kantor Sabry mengutip pertemuannya dengan Sitharaman.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement