Kamis 02 May 2019 16:58 WIB

Asma Nadia: Ngaji Digital Bawa Keakraban untuk Keluarga

Anak-anak dapat berbagi (sharing) pengalamannya menyimak kajian via medsos.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Hasanul Rizqa
Penulis Asma Nadia memberikan paparan saat talkshow pada acara Islamic Book Fair 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Ahad (3/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penulis Asma Nadia memberikan paparan saat talkshow pada acara Islamic Book Fair 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Ahad (3/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan era digital saat ini membawa dampak bagi dunia dakwah Islam. Hal itu disinggung penulis novel-novel best seller, Asma Nadia.

Sebagai seorang penulis Muslimah, dia mengapresiasi banyaknya ustaz atau ustazah yang memanfaatkan internet sebagai medium berdakwah. Fenomena itu membuktikan, kecanggihan teknologi dapat menjadi cara efektif untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat).

Baca Juga

Apalagi, kini penggunaan gawai dapat dijumpai di mana-mana. Anak-anak muda pun sudah begitu akrab dengan alat komunikasi nan canggih, semisal ponsel pintar (smartphone). Melalui alat itu, mereka dapat mengakses konten-konten dakwah melalui pelbagai platform media sosial. Sebut saja, Instagram, Youtube, Facebook, Twitter, dan sebagainya.

Menurut Asma Nadia, pengalaman menggunakan gawai untuk mengaji memberi kesan tersendiri. Baginya, fenomena ngaji digital telah memberi kehangatan di tengah keluarga.

"Pembahasannya bisa dalam diskusi hangat, misal di meja makan bersama keluarga terkasih. Diskusi hangat ini juga terjadi di keluarga Asma. Si bungsu suka ngajak diskusi terkait kajian yang dilihatnya di media sosial," kata Asma Nadia saat berbincang dengan Republika.co.id, beberapa waktu lalu.

Sebagai contoh, kajian yang diadakan Ustaz Adi Hidayat (UAH), Ustaz Khalid Basalamah, dan Ustaz Abdul Somad (UAS). Menurut Asma, masing-masing guru umat Islam itu memiliki spesialisasi tersendiri. Kemudian, tiap mereka memiliki gaya komunikasi yang unik, sehingga membekas di benak pemirsa ngaji digital.

Misalnya, UAH yang kerap mengutip dalil-dalil Alquran dengan amat baik lantaran dai tersebut seorang hafiz. Ustaz Khalid yang sering menyajikan kajian sirah Nabawiyah. Kemudian, UAS dengan gaya tuturnya yang bernas dan diselingi humor-humor jenaka sehingga membuat jamaah antusias.

Adanya kekhasan itu--juga untuk ustaz dan ustazah lainnya--membuat ngaji digital kian menarik, termasuk bagi generasi muda milenial. Anak-anak Asma Nadia pun senang berbagi pengalamannya mendapatkan ilmu-ilmu agama dari ngaji digital.

“Jadi bukan hanya sekadar kajian yang dilihat via medsos, tapi juga jadi bahasan serta membuka ruang diskusi di keluarga. Saya pikir, ini menjadi satu hal yang baik, bahwa dakwah itu tidak lagi eksklusif, tidak hanya di daerah tertentu. Atau dakwah kini tak hanya untuk orang yang punya TV saja. Sekarang, semua orang bisa menikmati lewat handphone,” papar pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) itu.

Dia pun mendoakan bagi seluruh ustaz dan ustazah, termasuk yang giat berdakwah via media sosial.

Asma berharap, semoga mereka semuanya selalu diberikan kesehatan sehingga terus bisa berbagi ilmu-ilmu agama kepada seluruh umat Islam.

Siapa ustaz/ustazah yang kerap disimak Asma via ngaji digital?

"Ada Aa Gym dan UAS (Ustaz Abdul Somad). Saya melihat dari wawasan dan cara beliau-beliau menyampaikan itu tidak menggurui, dan meletakkan posisi beliau seperti orang kebanyakan,” kata Asma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement