Rabu 20 Apr 2022 09:19 WIB

UEA Diduga Gunakan Spyware Israel untuk Meretas Pemerintah Inggris

Peretasan dengan Pegasus dilakukan untuk menghapus data.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Sebuah logo menghiasi dinding di cabang perusahaan Israel NSO Group, dekat kota Sapir, Israel selatan, 24 Agustus 2021. Pejabat Inggris serta Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran telah diretas oleh pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) menggunakan perangkat lunak Pegasus buatan Israel.
Foto: AP Photo/Sebastian Scheiner
Sebuah logo menghiasi dinding di cabang perusahaan Israel NSO Group, dekat kota Sapir, Israel selatan, 24 Agustus 2021. Pejabat Inggris serta Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran telah diretas oleh pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) menggunakan perangkat lunak Pegasus buatan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pejabat Inggris serta Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran telah diretas oleh pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) menggunakan perangkat lunak Pegasus buatan Israel. Spyware Israel digunakan untuk menginfeksi perangkat yang terhubung ke jaringan di Downing Street, termasuk ponsel Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada 7 Juli 2020.

Pusat Keamanan Siber Nasional menguji ponsel Johnson dan beberapa ponsel lain yang digunakan oleh pejabat Downing Street. Tetapi tidak dapat menemukan perangkat yang terinfeksi.

Baca Juga

Sementara Kantor Luar Negeri Inggris tidak menyangkal laporan tersebut. 

Spyware Pegasus buatan Israel juga diduga telah menginfeksi Kementerian Luar Negeri Inggris setidaknya lima kali antara Juli 2020 dan Juli 2021. Peretasan ini terkait dengan operator di UEA, India, Siprus, dan Yordania.

"Saya kaget ketika menemukan kasus (peretasan) di No.10 (Downing Street)," kata peneliti senior di pengawas internet Universitas Toronto, Citizen Lab, yang telah melacak penggunaan Pegasus, John Scott-Railton, dilansir Middle East Monitor, Rabu (30/4).

Seorang peneliti lainnya di Citizen Lab, Bill Marczak, mengatakan, Pegasus kemungkinan dipasang pada ponsel di Downing Street dan Kantor Luar Negeri untuk "penghapusan data".

Sebagai tanggapan, juru bicara NSO Group mengatakan, tuduhan tersebut tidak benar dan tidak berdasar. "NSO terus menjadi sasaran sejumlah organisasi advokasi bermotivasi politik, seperti Citizens Labs dan Amnesty, untuk menghasilkan laporan yang tidak akurat dan tidak berdasar, berdasarkan informasi yang tidak jelas dan tidak lengkap," ujar juru bicara itu.

Perangkat lunak NSO menjadi sorotan ketika Citizen Lab mengungkap penyalahgunaan perangkat lunak oleh sejumlah pemerintah. Mereka menargetkan sekitar 50 ribu ponsel dan perangkat milik jurnalis, aktivis hak asasi manusia, dan kritikus politik di seluruh dunia. Di antara pemerintah yang menjadi klien NSO Group adalah negara-negara Teluk Arab, termasuk UEA, Arab Saudi, dan Bahrain.

Apple kemudian mengajukan gugatan terhadap NSO dan perusahaan induknya, OSY Technologies. Gugatan ini merupakan upaya untuk menghentikan perusahaan spyware agar tidak menargetkan perangkat Apple.

NSO Group adalah perusahaan Israel yang berspesialisasi dalam pengembangan alat spionase dunia maya. Perusahaan ini didirikan pada 2010. Amerika Serikat memberikan sanksi kepada NSO dengan memasukkannya ke daftar hitam perdagangan pada November tahun lalu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement