Selasa 19 Apr 2022 21:05 WIB

Gapki: Produksi Sawit Februari 2022 Lesu, Harga Tetap Tinggi

Produksi CPO Indonesia pada Februari 2022 diperkirakan sebesar 3.505 ribu ton.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Buah Kelapa Sawit dan minyak yang dihasilkan (ilustrasi)
Foto: INHABITAT.COM
Buah Kelapa Sawit dan minyak yang dihasilkan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyampaikan, produksi minyak sawit (CPO) Indonesia pada Februari 2022 diperkirakan sebesar 3.505 ribu ton dan PKO sebesar 302 ribu ton.

Volume tersebut tercatat lebih rendah dari produksi bulan Januari sebesar 3.863 ribu ton untuk CPO dan 365 ribu ton untuk PKO. Meski demikian, rendahnya produksi pada Februari dinilai karena faktor musiman.

Baca Juga

Direktur Eksekutif Gapki, Mukti Sardjono, mengatakan, di tengah produksi yang lesu, harga CPO dunia mengalami kenaikan. Harga rata-rata CPO CIF Rotterdam pada bulan Februari 2022 mencapai 1.522 dolar AS per ton, lebih tinggi dari harga bulan Januari sebesar 1.358 per ton. 

Adapun, harga KPBN FOB untuk Februari adalah Rp 15.532 per kg naik dari posisi Januari sebesar Rp 14.811 per kg."Harga yang tinggi tersebut disebabkan oleh produksi minyak nabati dunia yang tidak seperti diharapkan terutama untuk kedelai di Amerika Selatan," kata Mukti di Jakarta, Selasa (19/4/2022).

Ia pun menjelaskan, harga yang sangat tinggi tersebut berdampak pada konsumsi dan ekspor. Konsumsi dalam negeri untuk pangan bulan Februari 2022 sebesar 489 ribu ton turun 17,3 persen dari posisi Januari.

Adapun konsumsi oleokimia bulan Februari sebesar 178 ribu ton dan biodiesel 710 ribu ton yang dibandingkan dengan konsumsi Januari masing-masing turun sebesar 2,7 persen dan 3 persen.

Lebih lanjut, total ekspor sawit bulan Februari mencapai 2.098 ribu ton adalah lebih rendah dibandingkan dengan bulan Januari 2.179 ribu ton. Karena itu, meskipun harga bergerak naik, nilai ekspor minyak sawit bulan Februari hanya mencapai 2,799 juta dolar AS, lebih rendah 0,6 persen dari nilai bulan Januari sebesar 2.816 juta dolar AS.

"Penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan Afrika sebesar dari 278,1 ribu ton di bulan Januari menjadi 134,7 di bulan Februari. Penurunan yang cukup besar juga terjadi untuk tujuan Filipina sebesar  dari 63,8 ribu ton di bulan Januari menjadi 28,7 ribu ton di bulan Februari," kata dia.

Adapun, ekspor untuk tujuan Rusia turun dari 69,6 ribu ton pada Januari menjadi 64,2 ribu ton pada Februari. Ekspor ke Ukraina fluktuatif dengan rata-rata bulanan pada 2021 sebesar 25 ribu ton. Pada Januari 2022, ekspor ke Ukraina turun menjadi hanya 256 ton sedangkan pada Februari pulih dan mencapai 15,28 ribu ton.

BMKG pun memperkirakan cuaca sepanjang 2022 akan normal, tetapi situasi geopolitik menimbulkan berbagai ketidakpastian, sehingga meningkatkan upaya efisiensi dan produktivitas merupakan tindakan bijak yang harus dipertahankan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement