Manfaatkan 10 Hari Terakhir Ramadhan untuk Raih Lailatul Qadar

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko

Rabu 20 Apr 2022 04:10 WIB

Ilustrasi Ramadhan Foto: dok. Republika Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak ada waktu yang lebih baik dari bulan suci Ramadhan untuk meningkatkan spiritual, dan umat Islam berusaha untuk mencapainya selama periode ini.

Dalam 10 hari terakhir bulan suci memiliki makna khusus karena kemungkinan besar pada salah satu malam terdapat malam Lailatul Qadar yang turun. Allah SWT menjanjikan hadiah yang melimpah bagi mereka yang menghabiskan waktu dalam ibadah dan meminta dalam permohonan yang rendah hati kepada Allah apapun yang mereka inginkan. 

 

Umat Islam memiliki kesempatan untuk melakukan itikaf dan menuai berkah dan pahala spiritual yang melimpah.

 

Abdullah bin `Umar, seorang sahabat Nabi (saw), mengabarkan bahwa "Rasulullah (saw) biasa tinggal di masjid selama 10 hari terakhir Ramadhan." (Al-Bukhari).

 

Semakin banyak berdoa, membaca Alquran, melakukan zikir, melakukan perbuatan baik, dan menghindari berbohong, semakin banyak hadiah yang dijanjikan. Kita hampir menyelesaikan dua pertiga puasa dan inilah saatnya untuk melihat ke dalam apakah kita telah mencapai apa yang Allah dan Nabi (saw) perintahkan kepada kita untuk dilakukan. Atau, apakah yang kita lakukan sesuai dengan parameter syariah atau ibadah kita dilakukan dengan niat baik.

 

Ini adalah kesempatan yang baik, setelah kita menyelesaikan puasa ke-19 kita, untuk melakukan ibadah tanpa gangguan apa pun. Menghabiskan 10 hari terakhir di masjid, yang disebut itikaf, dan yang dipraktikkan dan dianjurkan oleh Nabi kita (saw).

 

Kata 'itikaf', yang dikaitkan dengan pengasingan di masjid, dapat memiliki beberapa arti. Hal ini memiliki sejumlah manfaat,  menjauhkan diri dari gangguan duniawi, atau mencegah diri dari kesenangan tertentu, atau secara sukarela menjebak dan membatasi diri dalam ruang terbatas.

 

Jauh dari pekerjaan dan keluarga dan meninggalkan semua gangguan termasuk belanja, ponsel, laptop, akses Internet, dan pekerjaan rumah tangga. Allah telah memberikan kesempatan langka untuk mendedikasikan diri semata-mata untuk beribadah dan untuk benar-benar menikmati melakukan ibadah, daripada melakukan mereka hanya sebagai kewajiban atau kewajiban. Tak perlu dikatakan, itikaf sangat dihargai oleh Allah, karena setiap tindakan di dalamnya melibatkan dedikasi.n Ratna Ajeng Tejomukti