Selasa 19 Apr 2022 13:15 WIB

AS Larang Tes Rudal Antisatelit

AS mengkritik keras uji coba rudal antisatelit yang dilakukan Rusia dan China.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi peluncuran satelit. Pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan akan melarang uji coba rudal antisatelit.
Foto: AP Photo/John Raoux
Ilustrasi peluncuran satelit. Pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan akan melarang uji coba rudal antisatelit.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan akan melarang uji coba rudal antisatelit. Gedung Putih mengatakan harapannya langkah ini mendorong norma baru dalam tindakan militer di luar angkasa.

AS mengkritik keras uji coba rudal antisatelit yang dilakukan Rusia dan China. Walaupun Washington juga menggunakan rudal interceptor dari kapal Angkatan Laut untuk menghancurkan satelit mata-mata yang sudah tidak berfungsi 14 tahun yang lalu.

Baca Juga

Langkah AS semakin urgensi setelah bulan November lalu Rusia menghancurkan satelit era Uni Soviet dengan rudal. Dalam pidatonya di Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg Wakil Presiden AS Kamala Harris mengkritik tindakan Rusia itu "ceroboh" dan "tidak bertanggung jawab."

Komando Antariksa AS mengatakan tembakan Rusia itu menimbulkan 1.500 pecahan puing luar angkasa yang dapat membahayakan astronot-astronot AS dan Rusia di Stasiun Luar Angkasa Internasional dan Stasiun Antariksa China.

"Sederhananya, tes-tes ini berbahaya dan kami tidak akan melakukannya," kata Harris, Senin (18/4/2022).

Rusia menggelar tes rudal antisatelit saat mereka mulai menumpuk pasukan sepanjang perbatasan sebelum menginvasi Ukraina. Serangan yang sudah berlangsung tujuh pekan itu menewaskan ribuan orang dan mendorong AS serta sekutu-sekutunya menerapkan sanksi berat pada Rusia.

China juga menggelar uji coba senjata yang sama pada 2007 lalu. Tes ini pun menimbulkan banyak pecahan puing luar angkasa.

Harris menekankan pecahan yang ditimbulkan tes rudal itu tidak hanya mengancam astronot atau kepentingan militer AS. Tapi juga dapat berdampak pada satelit komersial yang diandalkan di seluruh dunia untuk memprediksi cuaca, sistem GPS, siaran televisi dan infrastruktur penting.

"Pecahan puing luar angka sebesar bola basket yang dapat terbang ribuan mil per jam, akan menghancurkan satelit, bahkan pecahan sekecil butir pasir dapat menyebabkan kerusakan serius," kata Harris.

Pengumuman larangan uji coba rudal antisatelit disampaikan beberapa bulan setelah Harris menyinggungnya pada rapat Desember tahun lalu. Saat itu ia mengatakan Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih akan bekerja sama dengan Pentagon, Departemen Luar Negeri dan lembaga keamanan nasional AS lainnya untuk mengembangkan norma-norma keamanan di luar angkasa.

AS merupakan negara yang melarang uji coba rudal anti-satelit. Harris mengatakan ia berharap negara-negara lain dapat segera mengikuti.

Jenis senjata  yang pemerintah Biden larang tembakan merupakan rudal interceptor yang diluncurkan dari permukaan bumi ke satelit yang ditargetkan yang berjarak ratusan mil di luar angkasa. Sejak 1960-an AS, India, China dan Rusia sudah menggelar lebih dari lusinan uji coba antisatelit.

Secure World Foundation (SWF) mengatakan tes-tes itu menimbulkan lebih dari 6.300 pecahan puing di orbit. SWF merupakan organisasi non-pemerintah yang mengadvokasikan penggunaan luar angkasa untuk tujuan damai dan berkelanjutan.

Lembaga itu mengatakan saat ini setidaknya terdapat 4.300 puing yang terbang di orbit bumi dan menjadi ancaman jangka panjang bagi ilmu pengetahuan, misi keamanan dan penerbangan manusia di luar angkasa. Serta pembangunan ekonomi antariksa di masa depan.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement