Senin 18 Apr 2022 09:32 WIB

Baitul Arqam Teguhkan Nilai dan Pedoman Hidup Sivitas Akademika UMM

Muhammadiyah tidak boleh dipandang hanya sebagai organisasi masyarakat.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Kegiatan Baitul Arqom Ramadhan 1443 H menekankan nilai dan pedoman hidup untuk sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dok
Foto: Humas UMM
Kegiatan Baitul Arqom Ramadhan 1443 H menekankan nilai dan pedoman hidup untuk sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dok

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Muhammadiyah bukan hanya sebagai organisasi masyarakat semata, melainkan sebagai nilai dan pandangan hidup. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Wakidi, pada acara Baitul Arqam Karyawan dan Dosen di Theater Dome UMM, beberapa waktu lalu.

Wakidi yang didapuk menjadi pemateri menjelaskan bahwa Muhammadiyah haruslah dianggap sebagai nilai dan pandangan hidup. Hal itu tertuang dalam dua pokok pikiran yang bersifat ideologis dan strategis.

Secara ideologis menegaskan dasar ajaran Islam yaitu Alquran dan hadis, juga dasar yang bersifat pemikiran. Sementara itu, pola pikir yang bersifat strategis memiliki bentuk khittah perjuangan yang bergerak secara dinamis. "Dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi," katanya.

Menurut Wakidi, kedua pola pikir itu harus menjadi salah satu dasar warga Muhammadiyah dalam memperluas dakwah dan menebar manfaatnya. Tidak hanya hubungannya dengan Allah SWT, tapi juga hubungannya dengan masyarakat. Dalam hal ini termasuk mengajak pada kebaikan dan mencegah pada kemunkaran serta mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Wakidi menilai Muhammadiyah tidak boleh dipandang hanya sebagai organisasi masyarakat. Muhammadiyah harus dipahami sebagai nilai dan pandangan hidup bagi warganya. Dengan begitu, tujuan dan arah hidup masyarakat menjadi lebih terarah.

Pada kesempatan yang sama, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UMM, Pradana Boy, menjelaskan hakikat Muhammadiyah terbagi menjadi tiga. Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan yang berfokus pada gerakan Islam, tajdid (pembaharuan), dakwah, dan sosial.

Kemudian yang kedua yakni Muhammadiyah sebagai pemikiran yakni bagaimana organisasi yang didirikan oleh Ahmad Dahlan itu mampu menjadi muara ilmu. "Baik itu ilmu keagamaan, sosial budaya, ekonomi, dan lainnya," ujarnya.

Adapun ketiga yakni Muhammadiyah sebagai organisasi. Dengan kata lain, hal ini menekankan bagaimana Muhammadiyah tersusun dan terstruktur dengan rapi. Lalu berkomitmen untuk menggapai tujuan dan cita-cita bersama serta menebar manfaat dan kebaikan kepada umat.

Menurut Boy, secara gerakan Islam Muhammadiyah harus terus bergerak maju. Kemudian menyediakan pengajian-pengajian bisa diterima oleh masyarakat umum. Begitupun dengan gerakan tajdid yang harus memperbaharui model dakwah yang selama ini masih terkesan formal dan cenderung kaku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement