Ahad 17 Apr 2022 15:00 WIB

Erick Ungkap Potensi Sumbagsel di Tengah Ancaman Krisis Pangan dan Energi 

Erick menilai Sumatra bagian selatan potensial dongkrak ekonomi Indonesia

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nashih Nashrullah
Menteri BUMN Erick Thohir, menilai Sumatra bagian selatan potensial dongkrak ekonomi Indonesia
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Menteri BUMN Erick Thohir, menilai Sumatra bagian selatan potensial dongkrak ekonomi Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan komitmennya dalam mendukung pengembangan Sumatra bagian selatan (Sumbagsel). 

Erick menyampaikan Indonesia memang harus merajut hubungan dengan Asia Tenggara, namun juga perlu melihat lebih dalam pada potensi yang ada di lingkup daerah. Erick menilai hal ini sejalan dengan tren globaliasisi yang berubah menjadi regionalisasi.  

Baca Juga

"Kita tidak mungkin terus bersandar pada ekonomi di Jawa, nah Sumbagsel ini kawasan menarik," ujar Erick dalam seminar Membangun Aglomerasi Sumbagsel Jilid II bertajuk "Komitmen Dulur Kito untuk Konektivitas Sumbagsel" di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Sabtu (16/4/2022). 

Erick mengatakan Indonesia akan menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang tentunya harus memiliki peta jalan sendiri, yakni dalam hal hilirisasi sumber daya alam (SDAL dan isu pangan.

Data dunia menunjukkan harga pangan akan terus naik dan tidak akan turun lagi sampai 2030. Erick menilai Indonesia harus memiliki strategi dalam menghadapi tantangan gejolak pangan tersebut. 

"Kita negara importir minyak. Pertanyaannya, apakah kekuatan SDA atau pangan kita yang sekarang banyak diekspor bisa bertahan lama selama harga minyak masih mahal. Artinya surplus perdagangan kita yang hari ini sampai Rp 300 triliun ini pun akan terancam ketika BBM kita terus setinggi hari ini, tetapi income dari SDA dan pangannya akan menurun," ucap Erick. 

Erick menyebut hal ini menjadi kesempatan bagi Sumbagsel untuk memaksimalkan potensi SDA dan pangan. Erick mengajak Sumbagsel mengubah pola pikir agar tak terus menerus terjebak pada ekspor raw material SDA.  

"Kita salah produsen timah terbesar di dunia, yang selama ini Indonesia di semua SDA masih terjebak mindset jual raw material, masih 50 persen, padahal tetangga-tetangga sudah bisa menekan di bawah 20 persen," ungkap Erick. 

Erick mengatakan Sumbagsel juga harus mulai berpikir melakukan hilirisasi pada setiap potensi SDA. Erick menilai Bangka Belitung (Babel) mempunyai peluang besar menjadi kawasan industri terpadu lantaran memiliki potensi timah yang besar.  

"Presiden sudah bekerja keras untuk bisa menarik investor dari luar negeri untuk menggeser semi konduktor ke Indonesia. Ini perlu timah. Babel kalau fokus di sini dengan seluruh ekosistem, hasilnya akan luar biasa," lanjut Erick. 

Erick mencontohkan kawasan industri terpadu Batang, Jawa Tengah, yang sudah terinvestasi sebesar dua ribu hektare dari total luas area sebesar 4.600 hektare dalam waktu hanya dua tahun. Erick mengatakan masuknya investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. 

"Ini saya lebih mendorong kolaborasi pemerintah pusat dan daerah melihat masalah timah sebagai solusi bersama, toh ini income yang besar, apalagi nanti offtaker sudah ada," sambung dia. 

Sementara untuk Bengkulu, Erick meminta untuk fokus dalam membangun kemandirian pangan.

Erick mengajak peningkatan partisipasi petani di Sumbagsel dalam program Makmur yang dijalankan BUMN. Erick menyampaikan program ekosistem BUMN tersebut telah mencapai 80 ribu hektare dari target 200 ribu hektare seluruh Indonesia. 

"Di Sumbagsel ada 8053 ribu hektare dengan 3.906 petani. Kita harap ada peningkatan partisipasi dalam program yang fokus pada lima komoditas yakni sawit, gula, kopi, padi, dan jagung. Program ini bisa berhasil kalau didukung pemda," kata Erick.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement