Kamis 14 Apr 2022 23:29 WIB

BI Dukung Indonesia Jadi Pemain Utama Industri Produk Halal

Jika Indonesia memproduksi sendiri produk halal, nilai tukar rupiah juga akan terjaga

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Produk berlogo halal dari MUI (ilustrasi). Bank Indonesia berupaya mengambil peran dalam menggerakkan ekosistem ekonomi syariah nasional untuk membangun industri produk halal yang berkualitas di Indonesia.
Foto: Tahta Aidilla/ Republika
Produk berlogo halal dari MUI (ilustrasi). Bank Indonesia berupaya mengambil peran dalam menggerakkan ekosistem ekonomi syariah nasional untuk membangun industri produk halal yang berkualitas di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Bank Indonesia berupaya mengambil peran dalam menggerakkan ekosistem ekonomi syariah nasional untuk membangun industri produk halal yang berkualitas di Indonesia. Hal ini menyusul rencana Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) akan meluncurkan Masterplan Industri Halal pada tahun ini 

Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia Prijono mengatakan, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia masih jauh dari kata maksimal. Padahal Indonesia sudah cukup lama memiliki potensi terpendam terkait pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. 

Baca Juga

"Bagaimana potensi ini tidak hanya berhenti pada potensi, melainkan bisa benar-benar diwujudkan di dunia nyata. Salah satunya adalah dengan kita berupaya menjadi pusat produsen halal dunia," ujar Prijono saat bincang-bincang virtual ekonomi syariah yang digelar KNEKS, Kamis (14/4/2022).

Maka itu Bank Indonesia mendukung penuh rencana Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) untuk mendorong Indonesia tampil menjadi pusat produsen produk halal dunia pada 2024 mendatang. Berdasarkan laporan Indonesia Halal Markets Reports 2021/2022, Foreign Direct Investment (FDI) dan substitusi impor, Indonesia berpotensi meningkatkan PDB nasional sebesar 5,1 miliar dolar AS per tahun. 

Ia menjelaskan, meski penduduk Indonesia mayoritas Muslim, tapi melihat produk-produk halal yang ada di pasaran, mayoritas masih produk impor. "Andai kondisi ini kita bisa ganti, barang-barang ini bisa kita produksi sendiri, kita bisa menahan sekian miliar, sekian triliun uang kita, agar tidak terbang ke negara lain dalam bentuk transaksi impor. Dengan begitu, dampaknya terhadap nilai tukar juga sudah sangat besar," kata Prijono menjelaskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement