Pertama di Bundesliga, Wasit Hentikan Pertandingan saat Waktu Berbuka Puasa

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko

Jumat 15 Apr 2022 03:21 WIB

Pemain Mainz Moussa Niakhate (kiri) dijaga penyerang Bayern Muenchen Thomas Mueller (kanan) dalam pertandingan sepak bola Liga Jerman antara Mainz 05 dan FC Bayern Muenchen di Mainz, Jerman, Sabtu (1/2). Foto: EPA-EFE/HASAN BRATIC Pemain Mainz Moussa Niakhate (kiri) dijaga penyerang Bayern Muenchen Thomas Mueller (kanan) dalam pertandingan sepak bola Liga Jerman antara Mainz 05 dan FC Bayern Muenchen di Mainz, Jerman, Sabtu (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  BERLIN -- Sebuah pertandingan Bundesliga Jerman dihentikan pekan lalu agar seorang bek Muslim, Mainz Moussa Niakhate bisa berbuka puasa Ramadhan.

Dilansir dari laman Insider pada Kamis (14/5/2022), Niakhate seperti jutaan Muslim di seluruh dunia menjalankan puasa Ramadhan yang dimulai pada awal April. Pada 6 April kemarin, Mousa ambil bagian pada laga Mainz melawan Augsburg di WWK Arena yang berlangsung sore hari. Wasit Matthias Jollenbeck menghentikan jalannya pertandingan agar Niakhate bisa menghidrasi dirinya sendiri.

 

Setelah permainan dihentikan pada menit ke-65, Niakhate terlihat minum dari dua botol. Bek Prancis itu kemudian berlari ke Jollenbeck untuk berterima kasih atas isyarat itu sebelum pertandingan dilanjutkan. Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah Bundesliga bahwa pertandingan dihentikan untuk memungkinkan seorang pemain berbuka puasa Ramadhan.

 

Adapun Jollenbeck bukan satu-satunya wasit Bundesliga yang menghentikan pertandingan pekan lalu untuk mengizinkan pemain Muslim berbuka puasa. Dalam kemenangan RB Leipzig atas Hoffenheim pada Ahad (10/4/2022), wasit Bastian Dankert juga menghentikan permainan selama beberapa menit untuk mengizinkan Mohamed Siamakan minum.

 

Direktur komunikasi untuk Komite Wasit Jerman, Lutz Michael Frohlich memberikan pernyataan singkat pada Senin (11/4) yang mengatakan bahwa dia telah memberikan persetujuannya kepada ofisial untuk menghentikan pertandingan. Hal ini memungkinkan para pemain berbuka puasa selama bulan Ramadhan.

 

 "Tidak ada instruksi umum dalam hal ini, tetapi tentu saja kami mendukung wasit kami yang mengizinkan istirahat minum seperti itu selama Ramadhan atas permintaan para pemain," kata dia.

 

Praktik menjeda permainan untuk memungkinkan pemain Muslim berbuka puasa menjadi semakin umum di liga sepak bola elit Eropa. Ini sebagian didorong oleh meningkatnya jumlah bintang dari negara-negara mayoritas Islam yang bermain di Eropa.

 

Di Liga Inggris musim lalu, para pemain terpaksa menghentikan pertandingan antara Leicester City dan Crystal Palace. Hal ini agar Wesley Fofana dari Leicester, yang beragama Islam, bisa makan dan minum.