Kamis 14 Apr 2022 12:43 WIB

Saham Bank Besar Melorot, IHSG Sesi I Ditutup Melemah

BBRI pimpin menurunya saham bank bank besar yang menyeret nilai IHSG

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja melintas di depan layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia.  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona negatif pada penutupan sesi pertama, Kamis (14/4). Setelah sempat dibuka menguat pada awal perdagangan, IHSG ditutup melemah sebesar 0,32 persen ke level 7.239,77.
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Pekerja melintas di depan layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona negatif pada penutupan sesi pertama, Kamis (14/4). Setelah sempat dibuka menguat pada awal perdagangan, IHSG ditutup melemah sebesar 0,32 persen ke level 7.239,77.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona negatif pada penutupan sesi pertama, Kamis (14/4). Setelah sempat dibuka menguat pada awal perdagangan, IHSG ditutup melemah sebesar 0,32 persen ke level 7.239,77. 

IHSG terseret saham-saham bank besar yang kompak melemah. BBRI memimpin penurunan sebesar 1,08 persen ke level 4.560, lalu disusul BBCA yang terkoreksi 0,96 persen ke level 7.725. Sementara, BBNI dan BMRI masing-masing terpangkas 0,59 persen dan 0,32 persen.

Selain itu, sektor konsumer juga mengalami penurunan tajam dipimpin oleh ACES yang tersungkur 3,85 persen ke level 1.125. Sementara ICBP, GGRM dan MYOR terkoreksi hingga lebih dari 1 persen. Hanya HMSP yang mampu bertahan di zona hijau dengan menguat 0,56 persen. 

Sepanjang sesi pertama, investor asing melakukan penjualan bersih Rp 42 miliar. Beberapa saham yang mengalami penjualan bersih terbesar diantaranya BBCA, BMRI, SMGR, SMMT, serta ICBP. Adapun nilai transaksi yang terjadi saat ini sebesar Rp 9,3 triliun.

"IHSG cenderung bergerak fluktuatif karena dipengaruhi sentimen eksternal dan internal," tulis Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Kamis (14/4). 

Dari ekternal, bursa regional Asia cenderung bergerak menguat yang tampaknya terpengaruh sentimen kenaikan signifikan bursa Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan semalam Nasdaq melesat hingga 2 persen, sedangkan DJI dan S&P 500 naik 1 persen. 

Sentimen lainnya yang mempengaruhi yakni rilis data ekonomi GDP Singapura kuartal I 2022 yang tumbuh 3,4 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan jika dibanding dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh 6,1 persen.

Namun, pasar tampaknya mengabaikan penurunan pertumbuhan tersebut, pasar cenderung memandang pertumbuhan ekonomi Singapura tetap tumbuh dan ke depannya akan lebih baik mengingat Singapura pusat keuangan dan juga menjadi barometer global.

Sementara dari internal, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini tumbuh 4,8-5,2 persen. Optimisme tersebut sejalan dengan turunnya kasus baru Covid-19 dan pelonggaran PPKM.

"Kondisi tersebut mendorong mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi sehingga memberikan katalis positif," kata Pilarmas Investindo Sekuritas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement