REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kerajaan Arab Saudi mengumumkan pelaksanaan ibadah haji 2022 M/1443 H akan diikuti oleh 1 juta jamaah dari dalam dan luar negeri. Atas hal tersebut, Komisi VIII DPR/RI memperkirakaan kuota yang akan didapat Indonesia sekitar 106 ribu jamaah.
"Walaupun belum ada secara resmi, secara informal berdasarkan diskusi dan termasuk dua kali ke sana, insya Allah kita mendapatkan 50 persen dari kuota awal," kata Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto, Rabu (13/4).
Ia merinci, berdasarkan kuota awal pada 2020, Indonesia mendapatkan slot sebanyak 210ribu jamaah. Maka, perkiraan 48 hingga 50 persen dari angka tersebut sekitar 104 ribu sampai 106 ribu jamaah.
Adapun berdasarkan rapat panitia kerja (panja) yang digelar sebelumnya, diasumsikan jamaah yang akan berangkat nantinya sebanyak 106 ribu, dengan waktu tinggal di Makkah dan Madinah selama 40 hari.
Berdasarkan catatan yang dimiliki pemerintah, sebanyak 50.630 calon jamaah (calhaj) haji yang masuk daftar tunggu keberangkatan 2020 akan diberangkatkan tahun ini. Mereka merupakan calhaj yang masuk klasifikasi berdasarkan batas usia maksimal 65 tahun.
Terkait Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2022, pemerintah mengusahakan agar kurang dari 40 juta dan diatas 35 juta. Hal ini dimaksudkan agar tidak memberatkan jamaah haji yang telah lama menunggu pembukaan haji hingga dua tahun.
"Artinya, cukup 35 juta yang mereka bayar selama ini, kita tidak mau memberikan beban kepada calon jamaah haji. Karena mereka sudah lama menunggu apalagi di tengah pandemi," lanjut dia.
Yandri juga menyebut Komisi VIII DPR akan melakukan rapat kerja dengan Menteri Agama (Menag) untuk membangun kesepakatan strategis haji 2022 malam ini. Nantinya, hasil dari raker tersebut akan disampaikan pada konferensi pers penetapan biaya penyelenggaraan haji tahun 1443H/2022M, di hari yang sama.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
