Rabu 13 Apr 2022 20:51 WIB

Riset: Vaksin Kurangi Separuh Kematian Covid-19 Italia

Vaksin menyelamatkan sekitar 150.000 pasien dan mencegah 8 juta kasus tahun lalu.

 Seorang petugas kesehatan menunjukkan botol vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19 Comirnaty di rumah sakit Molinette di Turin, Italia, 31 Maret 2021 (diterbitkan kembali 20 September 2021). Produser Comirnaty Pfizer pada 20 September 2021 mengatakan vaksin melawan Covid-19 bekerja dengan anak-anak berusia lima hingga sebelas tahun.
Foto: EPA-EFE/ALESSANDRO DI MARCO
Seorang petugas kesehatan menunjukkan botol vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19 Comirnaty di rumah sakit Molinette di Turin, Italia, 31 Maret 2021 (diterbitkan kembali 20 September 2021). Produser Comirnaty Pfizer pada 20 September 2021 mengatakan vaksin melawan Covid-19 bekerja dengan anak-anak berusia lima hingga sebelas tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Vaksin COVID-19 telah mengurangi separuh kematian di Italia. Menurut perkiraan Lembaga Kesehatan Nasional (ISS), vaksin menyelamatkan sekitar 150.000 pasien dan mencegah 8 juta kasus tahun lalu.

Riset ISS, yang berjalan sejak awal 2021 hingga akhir Januari tahun ini, menyimpulkan bahwa program vaksinasi juga mencegah lebih dari 500.000 rawat inap dan 55.000 lebih pasien ICU. Italia melaporkan 161.032 kematian COVID-19 sejak virus corona melanda negara itu pada Februari 2020.

Baca Juga

Angka di Italia merupakan jumlah tertinggi kedua di Eropa setelah Inggris dan tertinggi kedelapan di dunia. Hingga kini otoritas juga telah mencatat 15,4 juta kasus COVID.

Sekitar 79 persen warga Italia sudah mendapatkan vaksin COVID-19 lengkap dan 65 persen sudah mendapatkan dosis ke-3, menurut data Our World in Data. Riset ISS memperkirakan bahwa vaksin COVID-19 telah menyelamatkan 72 persen penerimanya yang berusia 80 tahun ke atas, 19 persen kelompok usia 70-79, 7 persen kelompok usia 60-69 dan 3 persen di bawah usia 60 tahun.

Hasil tersebut dihitung menggunakan data efikasi vaksin dan jumlah vaksinasi mingguan untuk menilai dampaknya terhadap jumlah kasus, rawat inap, pasien ICU dan kematian per pekan. Metodologi tersebut tadinya dikembangkan untuk vaksin flu namun telah diterapkan di sejumlah negara lain untuk riset SARS-CoV-2.

 

sumber : antara/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement