Rabu 13 Apr 2022 13:45 WIB

Akibat Pembatasan, Penduduk Shanghai Cari Bantuan Medis Secara Daring

Pembatasan di Shanghai membuat pasien non-Covid sulit mendapat bantuan medis

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Tenaga medis melakukan tes COVID-19 bagi warga setelah ditemukan kasus terkonfirmasi di masyarakat pada Minggu, 10 April 2022, di Shanghai. Pembatasan di Shanghai membuat pasien non-Covid sulit mendapat bantuan medis. Ilustrasi.
Foto: AP/Chen Si
Tenaga medis melakukan tes COVID-19 bagi warga setelah ditemukan kasus terkonfirmasi di masyarakat pada Minggu, 10 April 2022, di Shanghai. Pembatasan di Shanghai membuat pasien non-Covid sulit mendapat bantuan medis. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Penduduk Shanghai telah beralih untuk mendapatkan bantuan sesama warga dengan memanfaatkan internet. Mereka mencari perawatan medis secara daring karena pembatasan ketat Covid-19 di kota itu sempat menyulitkan akses ke perawatan kesehatan dan memicu frustrasi serta kecemasan.

Sementara kota berpenduduk 25 juta itu telah menggunakan karantina wilayah dan pengujian ekstensif untuk memerangi penyebaran Covid-19, mereka yang menderita kondisi medis lain mengunggah permintaan bantuan untuk saling membantu. Para penduduk membuat grup obrolan di media sosial.

Baca Juga

Seorang warga mengatakan pernah mencari bantuan daring karena kekhawatirannya atas risiko infeksi pada ibunya yang lumpuh dari kateter urin yang digunakan selama sekitar satu bulan. "Biasanya, penggantian kateter akan memakan waktu 10 menit. Akan tetapi rumah sakit terdekat yang biasanya kami kunjungi sekarang ditutup," kata warga yang ingin diidentifikasi dengan nama keluarganya Zhou.

Zhou mengatakan sekitar lima rumah sakit telah menolaknya karena departemen yang melakukan prosedur telah menangguhkan operasi. Bahkan ketika pengobatan tersedia, beberapa pasien mengatakan mereka tidak dapat mengakses transportasi atau mendapatkan izin untuk meninggalkan kompleks perumahan.

Sedangkan seorang pria bermarga Pei berjuang untuk mendapatkan obat kanker untuk ayahnya. Dia mengatakan seorang sukarelawan menambahkannya ke ruang obrolan yang menunjukkan apotek mana yang dapat memasok obat. Setelah itu anggota di ruang obrolan membantu mengantarkannya melintasi Sungai Huangpu.

"Ini sangat membantu," kata Pei.

Pemerintah ibukota komersial China itu sejak Maret mendesak rumah sakit untuk memastikan "lampu hijau" bagi pasien non-Covid dengan kebutuhan mendesak, seperti dialisis atau terapi kanker, banyak yang masih berjuang untuk mengakses perawatan. Melihat celah itu, relawan pun telah turun tangan untuk membantu.

Warga Shanghai lainnya, Amy, menuturkan seorang pasien menerima instruksi terperinci tentang cara melewati semak untuk menyeberangi Sungai Huangpu yang membelah Shanghai. Dia mendapatkan perawatan di rumah sakit di sisi lain.

Spreadsheet yang dibuat oleh mahasiswa telah menarik sekitar 1.600 permintaan bantuan, tetapi penurunan baru-baru ini menjadi sekitar 50 permintaan harian baru, dari sekitar 200 permintaan seminggu yang lalu. Jumlah itu menunjukkan bahwa akses kesehatan telah meningkat di dalam kota.

Namun ketidakpastian tentang akses ke fasilitas medis tetap ada meskipun karantina wilayah sementara dilonggarkan di beberapa bagian Shanghai. Pihak berwenang mengatakan pembatasan akan diterapkan kembali jika infeksi baru muncul.

Pemerintah China sebenarnya memiliki hubungan yang tidak nyaman dengan kelompok masyarakat sipil yang bekerja di luar saluran resmi. Namun, pihak berwenang tampaknya tidak mengganggu upaya untuk membantu akses perawatan kesehatan dalam wabah Shanghai.

Jaringan informal telah meningkat sebelumnya, misalnya menawarkan bantuan daring untuk menemukan obat antivirus di pusat kota Wuhan, di awal wabah Covid-19 pada 2020. Diminta komentar tentang kegiatan semacam itu baru-baru ini, pemerintah Shanghai menanggapi dengan membagikan artikel tentang inisiatif untuk mendukung pengendalian Covid oleh kelompok sukarelawan terbesar di kota itu, yang didukung oleh Partai Komunis dan didirikan pada 1997.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement