Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Pendidikan Kewirausahaan untuk Membangun Daya Kreativitas Bangsa

Eduaksi | Sunday, 10 Apr 2022, 10:35 WIB

Momentum Presidensi G-20 adalah isu penting dan prioritas bagi bansa. Inilah saat terbaik untuk melecut diri dan bangsa diri untuk meraih kejayaan melalui derap kreativitas dan aksi inovasi anak bangsa. Kreativitas dan Inovasi, adalah kata kunci utama, penunjang penting bagi langkah pembangunan. Hal ini jelas ditegaskan oleh pengukuran atupun perhitungan indeks inovasi global setiap tahunnya. Sebagai contoh, laporan dari The Global Competitiveness Report (World Economic Forum) tahun 2020 menekankan pentingnya setiap negara menaruh perhatian kepada ekosistem inovasi. Artinya perlu disusun secara khusus, lingkungan yang kondusif untuk lahirnya tatenta-talenta kreatif dari generasi muda Indonesia.

Salah satu solusi penting dari isu ini adalah pengarusutamaan pendidikan kewirausahaan. Praktik kewirausahaan, diyakini sebagai sebuah praktik yang terbangun dari kreativitas tinggi para pelakunya. Maka secara umum, upaya "mewajibkan atau mentradisikan" pendidikan kewirausahaan dari sejak pendidikan dasar adalah penting. Para pembelajar, dibiasakan untuk membangun usaha mereka sendiri dengan basis kreativitas yang kuat dan pendampingan yang berkesinambungan.

Isu Penting kreativitas

Hari ini adalah saatnya Indonesia harus mulai memikirkan akselerasi dalam berbagai hal atau situasi akan memburuk. Akselerasi pada konteks ini, juga perlu disertai dengan kreativitas yang tinggi –mengingat ragam masalah dan tantangan juga semakin kompleks dan bervariasi. Sekali lagi, akselerasi dan kreativitas untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki, itulah yang dibutuhkan.

Kasali (2013) dalam buku Agility menjelaskan bahwa teori Darwin –untuk penerapan pada konteks pembangunan- telah berubah. Hal yang dipercaya dunia saat ini adalah bukan survival of the fittest, namun survival of the fastest. Artinya, siapa yang paling cepat bergerak, dan mampu mengakselerasi perubahan adalah yang akan mampu bertahan dan berkembang. Futurolog dunia, Alfin Toffler (1980) memprediksi dalam bukunya the Third Wave bahwa peradaban manusia akan selalu bertransformasi dan berubah terus menerus, yaitu melalui gelombang pertanian, gelombang perindustrian dan gelombang teknologi informasi. Artinya, tidak waktu untuk diam dan bersantai. Nomura Institute (2012) dari Jepang menyatakan bahwa kreativitas akan menjadi primadona aktivitas ekonomi mendatang, menggantikan fokus saat ini yaitu teknologi informasi.

Melalui membludaknya informasi di abad ini melalui internet dan media sosial lainnya, maka mereka yang mampu mengolah hal tersebut menjadi penemuan baru (invention) ataupun sebuah inovasi baru, maka merekalah pemenangnya. Dengan kata lain, bahan baku dan modal (capital) begitu berlimpah, tinggal kemampuan mengalisa, dan mengolah dan mengkolaborasikannya.

Daya kreativitas sebagai modal dasar pembangunan, sudah harus sudah mulai dipahami merata oleh warga kota. Investasi untuk membangun daya kreativitas seluruh lapisan masyarakat, semakin perlu untuk dilakukan. Kajian Howkin melalu buku populernya “the creative economy (2001)”, menyatakan bahwa pada Negara-negara yang tergabung dalam OECD (Organization fro Economic Co-operation and Development) pertumbuhan tahunan bidang ekonomi kreatif mencapai dua kali bidang ekonomi jasa dan empat kali bidang manufaktur.

Restrepo dan Marquez (2015) telah mengingatkan bahwa dasawarsa ke depan adalah eranya ekonomi oranye (orange economy). Artinya, era kreativitas telah dimulai. Inilah kebangkitan ekonomi yang (1) tidak menggantung diri pada sumber daya alam, namun lebih kepada asset tidak berwujud (intangibles asset), dan (2) mengutamakan pemikiran kreatif dan inovatif. Hasil dari ekonomi oranye adalah produk kreatif berupa audiovisual, kerajinan, desain, media baru serta seni visual dan pertunjukkan, dan jasa kreatif berupa periklanan, arsitektur, budaya dan rekreasi serta penelitian dan pengembangan.

Restrepo dan Marquez (2015) menjelaskan geliat industri kreatif dunia telah melibatkan lebih dari 144 juta pekerja di seluruh dunia, memiliki nilai ekonomi lebih dari 4,29 triliun dolar, memiliki nilai ekspor 649 miliar dolar dan berkontribusi. Artinya ini adalah geliat baru produktivitas dunia yang bahkan belum pernah diprediksi sebelumnya. Makna lainnya, ini adalah jaman baru dimana produk dan layanan yang dilirik adalah yang berbasis kreativitas dan inovasi kelas dunia, sehingga mampu memenuhi standar kualitas global.

Maka, jelas kiranya, bentuk dan skema pendidikan yang mendorong keluarnya potensi kreativitas dari generasi muda semakin penting. Tulisan selanjunya, insya Allah akan mengupas bagaimana membangun skema pendidikan yang mendorong kreativitas pembelajarnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image