Senin 11 Apr 2022 04:49 WIB

Huzur, Kuliah Khusus Selama Ramadhan di Depan Sultan Ottoman

Kuliah "Huzur-i Humayun" rutin digelar di hadapan sultan Ottoman selama Ramadhan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Ottoman.
Foto: google.com
Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID,  ISTANBUL -- Di era Kesultanan Ottoman, sempat digelar agenda tahunan khusus di bulan suci Ramadhan yang telah berlangsung selama lebih dari satu abad. Agenda tahunan ini ialah kuliah tentang keagamaan dan sipil di hadapan Sultan Ottoman.

Diskusi tersebut tak lagi diselenggarakan seiring dengan berakhirnya era Kesultanan Turki Utsmani pada 1924. Bertahannya Kesultanan Turki Utsmani selama lebih dari 600 tahun tidak bisa lepas dari kekuatannya dalam menjaga Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari kekuasaan.

Baca Juga

Kekaisaran yang dipimpin Turki berkembang pesat setelah mewarisi Kekhalifahan Muslim dari dinasti Abbasiyah pada tahun 1517, kerajaan itu mempertahankan penekanan kuat pada konsensus ilmiah pada masalah sosial dan agama.

Karena itu, pada 1759, konsep "Kuliah Huzur-i Humayun" telah resmi digelar di hadapan sultan Ottoman selama bulan Ramadhan. Kuliahnya dirancang partisipatif, karena para cendekiawan Muslim membuat interpretasi dari berbagai ayat Alquran dan mengambil pertanyaan dari siswa dan anggota audiens lainnya.

Kuliah Huzur diadakan di dalam Istana Topkapi di Istanbul, tempat kedudukan tertinggi Kesultanan Utsmaniyah. Tradisi ini berlangsung selama 165 tahun hingga penghapusan Khilafah pada 1924 menorehkannya ke dalam lembaran-lembaran sejarah.

Gagasan dalam kuliah tersebut untuk mendorong perdebatan tentang masalah-masalah agama yang sensitif, ketika negara Ottoman masih dalam masa pertumbuhan. Para sultan mengadakan pertemuan dengan para cendekiawan dan pemuka agama untuk menghidupkan kembali kehidupan ilmiah dan keagamaan dan untuk memastikan negara dan dinasti Utsmaniyah berpegang pada nilai-nilai Islam.

Untuk alasan yang sama, para sultan Utsmaniyah sangat penting untuk mengundang para cendekiawan agama terkenal pada masanya ke istana mereka bersama para muridnya. Beberapa dari mereka bahkan ditarik sebagai guru swasta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement