Ahad 10 Apr 2022 05:16 WIB

Dukung Pemerintah, DPR Setuju Aset Kripto Dikenakan Pajak

Pajak transaksi kripto dan layanan fintech menjadi sumber pendapatan baru negara

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar memberi keterangan pers di ruang pers Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (16/2/2022). Dalam keterangan pers tersenbut Muhaimin Iskandar mengusulkan NU (Nahdlatul 'Ulama) dan Muhammadiyah sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2022-2023. (Antara/Galih Pradipta)
Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar memberi keterangan pers di ruang pers Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (16/2/2022). Dalam keterangan pers tersenbut Muhaimin Iskandar mengusulkan NU (Nahdlatul 'Ulama) dan Muhammadiyah sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2022-2023. (Antara/Galih Pradipta)

Para investor yang melakukan transaksi uang kripto alias cryptocurrency dan layanan teknologi finansial (fintech) di dalam negeri sudah mulai harus bersiap-siap untuk memberikan sebagian dari keuntungan transaksinya untuk pajak. Kabarnya pemerintah berencana mengenakan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas transaksi zaman now ini.

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar mendukung rencana pemerintah tersebut. Menurutnya skema pajak atas transaksi kripto dan layanan fintech dapat dijadikan sumber pendapatan baru negara.

“Transaksi kripto dan fintech sekarang kita tahu begitu besar. Pelanggannya juga jutaan orang. Jadi saya dukung aturan pengenaan PPh dan PPN untuk mereka, sekaligus ini bisa jadi sumber pendapatan baru bagi negara," kata Gus Muhaimin seperti dikutip laman dpr.go.id di Jakarta, Sabtu (9/4/2022). Baca Juga: Siap-Siap! Sebentar Lagi, Uang Kripto Kena Pajak

Gus Muhaimin mengutip laporan Kementerian Perdagangan yang menyebut nilai transaksi aset kripto mencapai Rp64,9 triliun pada 2020 dan tercatat Rp859,4 triliun pada tahun lalu.  Dari data tersebut, transaksi perdagangan aset kripto periode Januari hingga Februari 2022, tercatat sebesar Rp83,3 triliun.

"Transaksi sebesar dan sebanyak itu tentu saja bisa meningkatkan pendapatan pajak negara. Jadi sudah sepatutnya dioptimalkan," tutur Gus Muhaimin.

Politisi PKB ini juga meminta Kementerian Keuangan mengkaji dan berkoordinasi dengan pengusaha transaksi aset kripto maupun Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) terkait besaran tarif pajak yang akan dikenakan.

"Saya minta lembaga terkait seperti Kemenkeu dan AFTECH saling berkoordinasi berapa besaran pajaknya nanti. Harapan saya pengenaan pajak tidak terlalu memberatkan para trader aset kripto maupun nasabah fintech yang berdampak pada berkurangnya transaksi hingga perpindahan trader ke transaksi exchange luar negeri," ujarnya.

Di sisi lain, Pimpinan DPR RI Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) ini juga mendorong Kemenkeu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mensosialisasikan aturan pengenaan PPh dan PPN kepada perusahaan penyelenggara transaksi aset kripto, perusahaan fintech, maupun kepada masyarakat selaku trader dan nasabah.

"Oya sosialisasinya harus masif dong. Jangan nanti terkesan pemerintah asal narik pajak saja oleh para pengusaha dan trader. Kalau masif saya yakin mereka juga mengerti, karena ini juga untuk kebaikan Indonesia, kebaikan kita bersama," tukas legislator daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur VIII tersebut.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement