Ahad 10 Apr 2022 00:55 WIB

Prediksi Anthony Fauci Terkait Subvarian BA.2 Tepat, Kasusnya Melonjak di AS

Kasus Covid-19 subvarian BA.2 melonjak di AS dalam beberapa waktu terakhir.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Kasus Covid-19 subvarian BA.2 melonjak di AS dalam beberapa waktu terakhir.
Foto: Public Domain Pictures
Kasus Covid-19 subvarian BA.2 melonjak di AS dalam beberapa waktu terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pakar imunologi Amerika Serikat (AS) Anthony Fauci menyampaikan prediksinya mengenai subvarian Covid-19, BA.2. Menurut Fauci, bisa terjadi lonjakan kasus Covid-19 akibat subvarian itu di AS.

Saat ini, jumlah kasus masih cenderung menurun di seluruh AS. Akan tetapi, beberapa negara bagian melihat adanya tren peningkatan. Kepala penasihat medis Gedung Putih itu menyarankan warga AS tetap waspada.

Baca Juga

"Saya pikir tanpa ragu kita akan melihat perubahan haluan ketika orang-orang lebih banyak beraktivitas di luar dan masuk ke dalam venue tanpa masker," ujar Fauci, dikutip dari laman NPR, Ahad (10/4/2022).

Menurut Fauci, hal demikian berpotensi mengakibatkan infeksi virus, bahkan pada orang yang sudah divaksinasi. Fauci berpendapat suntikan booster kedua mungkin diperlukan pada musim gugur nanti.

Ada kemungkinan pada akhirnya vaksinasi Covid-19 bersifat suntikan tahunan, seperti vaksin flu. Fauci membuat perbandingan dengan tren jumlah kasus serta pola penularan Covid-19 di Inggris.

Dia mencermati bahwa lonjakan di AS selama ini terjadi sekitar tiga hingga empat pekan setelah Inggris. Jika itu terjadi lagi, Fauci berharap AS bisa lebih siap karena sekarang Inggris tengah mengalami peningkatan jumlah kasus yang signifikan.

Setidaknya, Fauci menyimpan ekspektasi tingkat keparahan dan jumlah rawat inap tidak membludak. Mengenai perlunya suntikan booster kedua, Fauci mengaitkannya dengan fakta bahwa kekebalan warga AS berkurang selama periode waktu tertentu dan itu membutuhkan proteksi ekstra.

Akan tetapi, Fauci membuat pertanyaan itu hanya berdasarkan pola kecenderungan data yang tersedia. "Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan dibutuhkan. Kami hanya perlu melihat data dan membuat keputusan," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement