Jumat 08 Apr 2022 11:29 WIB

NATO Sepakat Kirim Pasokan Senjata Lebih Banyak ke Ukraina

Pasokan senjata dikirim ke Ukraina karena khawatir Rusia menyerang besar-besaran

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Tentara Ukraina dari Brigade Terpisah ke-103 dari Pertahanan Teritorial Angkatan Bersenjata, menembakkan senjata mereka, selama latihan, di sebuah lokasi yang dirahasiakan, dekat Lviv, Ukraina barat, Selasa, 29 Maret 2022.
Foto: AP/Nariman El-Mofty
Tentara Ukraina dari Brigade Terpisah ke-103 dari Pertahanan Teritorial Angkatan Bersenjata, menembakkan senjata mereka, selama latihan, di sebuah lokasi yang dirahasiakan, dekat Lviv, Ukraina barat, Selasa, 29 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Negara-negara yang tergabung dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO) sepakat untuk meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina, Kamis (7/4). Pengiriman ini akibat kekhawatiran bahwa Rusia akan meluncurkan serangan besar-besaran di Donbas timur Ukraina.

"Ada pesan yang jelas dari pertemuan hari ini bahwa sekutu harus berbuat lebih banyak, dan siap untuk berbuat lebih banyak, untuk menyediakan lebih banyak peralatan, dan mereka memahami dan menyadari urgensinya," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg setelah memimpin pertemuan para menteri luar negeri di Brussel.

Baca Juga

NATO menolak untuk mengirim pasukan atau senjata ke Ukraina serta tidak memberlakukan zona larangan terbang di atasnya untuk menjaga agar kelompok militer trans-Atlantik tidak terseret ke dalam perang. Namun, aliansi ini telah memberikan senjata antipesawat dan antitank ke Ukraina, serta peralatan dan pasokan medis.

Stoltenberg menolak untuk mengatakan negara yang akan meningkatkan pasokan atau jenis peralatan yang mungkin dikirim. "Yakinlah, sekutu menyediakan berbagai sistem senjata yang berbeda, baik sistem era Soviet tetapi juga peralatan modern," ujarnya.

Beberapa negara NATO yang mengirim senjata memiliki perbedaan pendapat tentang jenis dukungan yang dapat diberikan. Mereka mengatakan, Ukraina seharusnya hanya menerima senjata untuk tujuan pertahanan dan bukan senjata ofensif seperti pesawat perang atau tank.

Namun, Stoltenberg menolak argumen retoris tersebut. "Ukraina sedang berperang dalam perang defensif, jadi perbedaan antara senjata ofensif dan defensif ini sebenarnya tidak memiliki arti yang sebenarnya," katanya.

Stoltenberg mengatakan telah mendesak sekutu untuk memberikan dukungan lebih lanjut dari berbagai jenis sistem, baik senjata ringan tetapi juga senjata yang lebih berat.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan gambar dan laporan yang keluar dari Bucha dan bagian lain Ukraina telah memperkuat tekad Barat untuk menghukum Rusia. Washington dan sekutu pun sepakat meningkatkan dukungan untuk Kiev.

"Melihat secara menyeluruh saat ini tidak hanya pada apa yang kami sediakan, dan apa yang terus kami berikan, tetapi apakah ada sistem tambahan yang dapat membuat perbedaan," ujar Blinken.

Inggris juga blak-blakan tentang niatnya dalam membantu persenjataan Ukraina. "Kami telah sepakat untuk meningkatkan dukungan untuk Ukraina dan kami juga mengakui bahwa konflik telah memasuki fase baru dan berbeda dengan serangan Rusia yang lebih terkonsentrasi," kata Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss.

Truss mengatakan, ada dukungan dari berbagai negara untuk memasok peralatan baru dan lebih berat ke Ukraina. Tindakan ini dinilai dapat menanggapi ancaman baru dari Rusia.

"Kami telah sepakat untuk membantu pasukan Ukraina beralih dari peralatan era Soviet ke peralatan standar NATO secara bilateral," kata Trus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement