Rabu 06 Apr 2022 15:34 WIB

Pembangunan Jembatan Darurat Gladak Perak Tunjukkan Kemajuan

Jembatan Gladak Perak runtuh akibat diterjang material Gunung Semeru.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Pembangunan Jembatan Gantung Darurat Gladak Perak yang dibangun di lokasi bekas reruntuhan Gladak Perak, Desa Sumberwuluh Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang, Jawa Timur sudah menunjukan progres. 
Foto: dok. Diskominfo Kabupaten Lumajang
Pembangunan Jembatan Gantung Darurat Gladak Perak yang dibangun di lokasi bekas reruntuhan Gladak Perak, Desa Sumberwuluh Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang, Jawa Timur sudah menunjukan progres. 

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Pembangunan Jembatan Gantung Darurat Gladak Perak yang dibangun di lokasi bekas reruntuhan Gladak Perak, Desa Sumberwuluh Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini diungkapkan Sekretaris Kecamatan Candipuro, Abdul Aziz seusai meninjau pembangunan jembatan, Rabu (6/4/2022).

Menurut Aziz, pembangunan jembatan gantung sudah dimulai dengan pemasangan tiang utama dan kabel beberapa waktu yang lalu. Kemudian pada kali ini juga mulai dipasang lantai jembatan. "Pemasangan lantai jembatan, masing-masing sisi sudah 15 meter," ungkap Aziz.

Jembatan Gantung Darurat Gladak Perak nantinya memiliki panjang kurang lebih 100 meter (m). Sarana sementara tersebut akan dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai akses utama. Khususnya bagi kendaraan roda dua dari Kecamatan Candipuro ke Kecamatan Pronojiwo dan sebaliknya.

Seperti diketahui, Jembatan Gladak Perak runtuh akibat diterjang material Gunung Semeru pada bencana erupsi, Sabtu (4/12/2021). Akibat kejadian ini, masyarakat dari arah Candipuro kesulitan akses menuju Kecamatan Pronojiwo. "Begitu juga sebaliknya juga sudah," ungkapnya.

Jembatan Gladak Perak sendiri termasuk penghubung utama antara Kecamatan Candipuro dan Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Sebelum runtuh akibat erupsi, jembatan ini memiliki panjang bentang 129 meter dengan lebar 9,6 meter.

Jembatan ini berada di ruas jalan nasional antara Turen, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Jembatan ini juga dilaporkan telah dibangun sejak 1997 sehingga usianya sudah cukup tua.

Menurut Aziz, saat ini masyarakat memilih untuk menggunakan akses jalur Curah Kobokan. Namun akses di area tersebut sangat berisiko ketika hujan turun sehingga bisa membahayakan masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement