Rabu 06 Apr 2022 12:28 WIB

Cuaca di Bandung Terasa Lebih Dingin, BMKG Beri Penjelasan

Kondisi dingin dirasakan ketika memasuki akhir musim hujan dan menuju musim peralihan

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Hujan deras disertai bongkahan es kecil mengguyur wilayah Kota Bandung dan sekitarnya khususnya di wilayah Gedebage yang dimulai sekitar pukul 14.13 Wib. Hujan saat ini masih berlangsung dan semakin deras serta lebat.
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Hujan deras disertai bongkahan es kecil mengguyur wilayah Kota Bandung dan sekitarnya khususnya di wilayah Gedebage yang dimulai sekitar pukul 14.13 Wib. Hujan saat ini masih berlangsung dan semakin deras serta lebat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, fenomena kondisi cuaca di Kota Bandung yang terasa lebih dingin. Kondisi itu disebabkan terjadi proses pendinginan evaporatif di wilayah Bandung Raya. Selain itu disebabkan suhu muka laut wilayah Indonesia yang hangat akibat La Nina yang berkepanjangan.

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, satu pekan terakhir, suhu di Bandung Raya terasa dingin. Padahal, suhu minimum Kota Bandung berada di angka 20 hingga 21 derajat Celcius. Sedangkan pada musim kemarau bisa mencapai 18 derajat Celcius.

"Kondisi ini (cuaca lebih dingin) dirasakan ketika memasuki akhir musim hujan dan menuju musim peralihan," ujarnya melalui keterangan resmi, Rabu (6/4/2022). Ia mengatakan penyebab cuaca lebih dingin di Bandung Raya karena terjadi proses pendinginan evaporatif.

Dia menjelaskan, bulan April merupakan akhir musim hujan di wilayah Bandung Raya  namun curah hujan yang terjadi lebih tinggi. Hal itu disebabkan aktivitas pembentukan awan konvektif yang tinggi karena faktor labilitas atmosferik lokal.

"Tentu saja proses pembentukan awan konvektif diawali oleh proses evaporasi. Proses evaporasi didominasi oleh proses perubahan fasa air dari kondisi cair menjadi gas," katanya.

Dia menyebut, hal itu yang menyebabkan terjadinya pendinginan atau biasa disebut sebagai pendinginan evaporatif. Pendinginan evaporatif adalah pendinginan udara karena penyerapan panas laten molekul air.

"Ketika air menguap, proses penguapan membutuhkan energi panas (kalor) dari lingkungan agar penguapan terjadi. Dengan menghilangkan kalor dari udara, maka udara menjadi dingin," katanya.

Penyebab lainnya yaitu suhu muka laut wilayah Indonesia hangat akibat La Nina berkepanjangan. Kondisi itu menyebabkan aktivitas terjadinya pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Indonesia menjadi meningkat.

"Kondisi ini sering menyebabkan terjadinya angin kencang oleh karena adanya zona konvergensi di sekitar wilayah Jawa Barat termasuk Bandung Raya. Tingginya kecepatan angin menyebabkan suhu yang dirasakan menjadi lebih dingin dibandingkan dengan suhu terukur," katanya.

Teguh mengimbau, masyarakat waspada akhir musim hujan menuju musim peralihan. Sebab potensi bencana akan meningkat terutama potensi kejadian angin kencang, puting beliung dan hujan es.

"Perubahan cuaca yang dinamis juga patut diwaspadai karena dapat menyebabkan menurunnya stamina atau imunitas tubuh," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement