Rabu 06 Apr 2022 10:25 WIB

Kehadiran Militer AS di Ukraina Bisa Halangi Serangan Rusia

Kehadiran pasukan militer AS di Ukraina dapat menghalangi Rusia untuk invasi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Pasukan terjun payung dari Divisi Lintas Udara ke-82 Fort Bragg menuju ke pesawat pada hari Senin, 14 Februari 2022, di Fort Bragg, NC Mereka termasuk di antara tentara yang dikirim Departemen Pertahanan dalam demonstrasi komitmen Amerika kepada sekutu NATO yang khawatir dengan prospeknya Rusia menginvasi Ukraina.
Foto: Andrew Craft/The Fayetteville Observer via AP
Pasukan terjun payung dari Divisi Lintas Udara ke-82 Fort Bragg menuju ke pesawat pada hari Senin, 14 Februari 2022, di Fort Bragg, NC Mereka termasuk di antara tentara yang dikirim Departemen Pertahanan dalam demonstrasi komitmen Amerika kepada sekutu NATO yang khawatir dengan prospeknya Rusia menginvasi Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS), Mark Milley, mengatakan, kehadiran pasukan militer AS di Ukraina dapat menghalangi Rusia untuk melancarkan invasi ke Kiev. Dalam sidang bersama Komite Angkatan Bersenjata House of Representative pada Selasa (5/4), Milley mengatakan,  Presiden Rusia Vladimir Putin telah lama merencanakan operasi militer di Ukraina.

“Invasi Rusia ke Ukraina itu telah menjadi tujuan Putin sejak lama. Ini telah menjadi tujuan jangka panjangnya sejak bertahun-tahun lalu, jadi saya pikir gagasan untuk menghalangi Putin menginvasi Ukraina adalah dengan membutuhkan komitmen pasukan militer AS,  dan saya pikir itu akan dapat mempertaruhkan konflik bersenjata dengan Rusia," ujar Milley, dilansir Anadolu Agency, Rabu (6/4).

Baca Juga

Milley menyerukan lebih banyak pembentukan pangkalan militer di Ukraina Timur untuk menangkal agresi Rusia di masa depan. Dia mengatakan, pasukan AS yang akan dikerahkan ke Ukraina harus dirotasi, bukan pengerahan permanen.

"Saran saya adalah membuat pangkalan permanen tetapi jangan stasiun secara permanen, sehingga pasukan dapat terus berada di sana dengan gaya rotasi melalui pangkalan permanen," kata Milley.

Milley juga mengatakan, sekutu AS seperti Polandia, Rumania atau negara-negara yang berada di Baltik akan bersedia untuk menjadi tempat pangkalan militer permanen AS.  "Mereka akan membangunnya, mereka akan membayarnya," ujar Milley.

Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina mulai 24 Februari. Operasi ini telah memicu kemarahan internasional Uni Eropa, AS, Inggris, dan beberapa negara lain menerapkan sanksi keuangan yang keras terhadap Moskow.

Menurut perkiraan PBB, setidaknya 1.480 warga sipil telah tewas di Ukraina dan 2.195 terluka. Namun, angka sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi. Sementara lebih dari 4,24 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain.

Baca juga : Rusia Beralih Gunakan Microchip China untuk Dukung Sistem Pembayaran Lokal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement