Rabu 06 Apr 2022 23:12 WIB

Pilar Utama Religiusitas Mencerahkan dalam Islam

Pilar Utama Religiusitas Mencerahkan dalam Islam

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Pilar Utama Religiusitas Mencerahkan dalam Islam - Suara Muhammadiyah
Pilar Utama Religiusitas Mencerahkan dalam Islam - Suara Muhammadiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Islam adalah agama yang mencerahkan dunia ini dengan ajaran kebenaran dan kebajikan. Moralitas yang tinggi diajarkan oleh agama Islam dimaksudkan untuk membawa pencerahan bagi alam semesta.

Maka, bagi umat Islam perlu menjadi umat yang tercerahkan sekaligus mencerahkan. Bagi umat manusia menurut pandangan Islam menjadi objek pencerahan dalam kehidupan, tanpa pandang siapa pun baik agama, kebangsaan, ras dan latar belakang.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Syafiq Mughni, MA menyampaikan umat Islam memiliki misi pencerahan sebagai mana spirit rahmatan lil alamiin. “Islam kita yakini sebagai agama yang akan membawa kebahagiaan bagi seluruh umat manusia,” tuturnya dalam Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah 1443 H, Selasa (5/4/2022).

Prof Dr Syafiq Mughni memaparkan data Pew Research Center (2020) tentang religisitas di 34 negara yang mengungkapkan agama berperan penting dalam kehidupan. Akan tetapi terdapat anomali dari negara yang tingkat religiusitasnya tinggi belum menjamin kondisinya lebih baik, terutama dalam indeks korupsi dan kebersihannya.

Oleh karena itu, dalam usaha gerakan pencerahan Islam terdapat tiga pilar utama untuk mewujudkan umat terbaik. Pertama, spiritualitas yang menjadi fondasi bagi keseluruhan kehidupan umat Islam. “Kalau kita tidak memiliki basis spiritualitas ini, maka hidup kita akan kering kerontang tidak bermakna. Kemana kehidupan ini akan pergi manusia harus mempersiapkan menghadapi kehidupan di akhir nanti,” ungkap Prof Syafiq Mughni.

Kedua, ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan ini maka umat Islam akan bisa memahami sunatullah dan bisa memanfaatkan ajaran agama menjadi sesuatu yang ril di dalam kehidupan. “Tanpa ilmu pengetahuan kita akan menjadi orang yang tetap terbelakang dan ditinggalkan oleh kemajuan zaman ini,” tambah Guru Besar UIN Sunan Ampel tersebut.

Ilmu pengetahuan bersifat progresif, akan terus bertambah semakin maju. Tidak mungkin ada pengetahuan yang surut atau hilang karena terus diwariskan dari zaman dan generasi ke generasi yang lain. Secara umum ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan diwariskan antar generasi.

Ketiga, akhlak. Sekalipun ilmu pengetahuan semakin maju belum tentu berjalan paralel. Sedemikian rupa ilmu pengetahuan maju dan canggih belum tentu akhlak menjadi maju. Bahkan bisa jadi sebaliknya, akhlak hancur dengan ilmu pengetahuan. Untuk melakukan berbagai tindakan yang merugikan kehidupan. Maka ketiganya baik spiritualitas, ilmu pengetahuan dan akhlak harus secara integratif dimanfaatkan dalam gerakan pencerahan.

Dari sisi normativitas ada dua area ajaran Islam yaitu dalam kehidupan yang bersifat individu. Umat islam dituntut menjadi muslim secara totalitas, menjadi orang beriman, berilmu, bertakwa, melaksanakan syariat, serta berakhlak dan berihsan. Sementara itu sosial dan kehidupan publik umat islam menjadi ummatan wasathan dan khairu ummah.

Dalam catatan akhirnya, Prof Dr Syafiq Mughni menyampaikan bahwa religiusitas diri seseorang mengalami perkembangan, Islam menuntut kondisi yang ideal, dan biasa terjadi kesenjangan antara yang ideal dan yang nyata bisa terjadi.

Religiusitas bisa mengalami pasang surut dan harus berkembang menuju yang ideal. Kemudian, Islam adalah agama pencerahan individu dan masyarakat. Dengan tajdid dan ijtihad umat Islam menjalani pencerahan, serta akal dan ilmu pengetahuan adalah instrumen pencerahan. (rpd)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement