Maksimalkan Karunia Ramadhan

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil

Selasa 05 Apr 2022 23:05 WIB

Maksimalkan Karunia Ramadhan. Foto: Bulan Ramadhan (ilustrasi) Foto: Dok Republika Maksimalkan Karunia Ramadhan. Foto: Bulan Ramadhan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustadz Abdullah Zaen Lc.,MA mengatakan, tidak setiap orang diberi umur oleh Allah ta’ala untuk bertemu dengan bulan Ramadhan. Faktanya, saat ini ada ratusan jutaan orang berada di dalam kuburan, terpendam di bawah tanah.

"Bila kita termasuk yang diberi kesempatan untuk menjumpai bulan mulia ini, berarti kita dipilih Allah untuk mendapat karunia istimewa tersebut," kata Ustadz Abdullah dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.

Baca Juga

"Nikmat spesial itu harus direspon dengan syukur. Caranya adalah dengan memanfaatkan secara maksimal peluang emas ini dan tidak menyia-nyiakannya. Memanfaatkannya dengan menjalankan ibadah dan amal salih. Serta tidak menyia-nyiakannya dengan melakukan aktivitas tak bermanfaat, apalagi dosa dan maksiat," lanjutnya.

Ustadz Abdullah mengatakan, ibadah di dalam agama Islam ada berbagai macam ragam, tingkatannya juga berbeda-beda. Ibadah dengan skala prioritas tinggi yakni yang hukumnya wajib. Seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan, berbakti kepada orang tua, melayani suami, serta mendidik istri dan anak.

Setelah itu, dilanjutkan dengan amalan yang hukumnya sunnah. Contohnya, shalat tarawih, shalat dhuha, tadarus Alquran, bersedekah dan yang semisal dengan itu.

Allah ta’ala berfirman,

"وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي ‌بِشَيْءٍ ‌أَحَبَّ ‌إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ"

“Amalan yang paling Kucintai manakala hamba-Ku bertaqarrub, adalah amalan yang Aku wajibkan kepadanya. Semakin hamba-Ku sering melakukan amalan sunnah, maka Aku akan semakin mencintainya”. HR. Bukhari.

Ustadz Abdullah mengatakan, manusia juga perlu mewaspadai perangkap setan. Hal ini karena memendam perasaan iri dan dendam kepada manusia, maka setan berupaya dengan segala cara untuk menghalangi manusia dari jalan kebaikan dan surga. Setan ingin memiliki teman sebanyak-banyaknya untuk mengisi neraka.

"Target utama setan adalah menghalangi manusia dari berpuasa, dengan berbagai cara. Jika gagal, maka ia akan berusaha agar pahala puasa manusia habis, atau minimal berkurang. Caranya adalah dengan menggodanya melakukan dosa dan maksiat, serta menjalankan kegiatan yang tak bermanfaat. Seperti, kebanyakan tidur, ngobrol dan bermain gadget," kata Ustadz Abdullah.

"مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ ، فَلَيْسَ ‌لِلَّهِ ‌حَاجَةٌ ‌أَنْ ‌يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ"

“Barang siapa berpuasa lalu tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, serta perilaku bodoh; sungguh Allah tidak membutuhkan puasanya”. HR. Bukhari.

Ustadz Abdullah melanjutkan, Allah mengingatkan bahwa bulan Ramadhan hanya beberapa hari saja. Maka sepatutnya manusia tidak merasa jenuh.

"‌أَيَّامًا ‌مَعْدُودَاتٍ"

Artinya: “(Ramadhan) adalah beberapa hari tertentu”. (QS. Al-Baqarah ayat 184)

"Dari 360 hari dalam setahun, Ramadhan hanya 29 atau 30 hari saja. Dari 12 bulan dalam setahun, Ramadhan hanya satu bulan saja. Bila kita berhasil memanfaatkan waktu yang pendek ini, niscaya itu akan berefek positif dalam waktu panjang selanjutnya. Satu bulan kita lewati dengan baik, akan membawa dampak kebaikan untuk 11 bulan lainnya, insyaAllah," ucap Ustadz lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah ini.