Selasa 05 Apr 2022 17:33 WIB

Inggris Sepakat dengan Jepang Untuk Menambah Sanksi ke Rusia

Sebelumnya dilaporkan Amerika Serikat sudah menambahkan tekanan pada Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan ia sepakat dengan Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimata menambah sanksi untuk Rusia.
Foto: AP/Jessica Taylor/UK Parliament
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan ia sepakat dengan Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimata menambah sanksi untuk Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan ia bersepakat dengan Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimata. Sanksi-sanksi terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina harus ditambah.

"Kami sepakat masyarakat internasional harus meningkatkan tekanan pada Presiden Rusia Vladimir Putin dan mesin perangnya dengan sanksi-sanksi terkoordinir lebih lanjut," kata Truss di media sosial Twitter, Selasa (5/4/2022).

Baca Juga

Sementara itu Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan Jerman dan mitra-mitranya termasuk Uni Eropa, Prancis dan Romania akan mengeksplorasi cara untuk mengurangi paparan Rusia pada Moldova. Negara paling miskin di Eropa yang mengandalkan pasokan energi dari negeri tetangga.

"Bersama-sama dengan mitra Moldova kami, kami ingin menilai bagaimana kami dapat mengurangi ketergantungan ekonomi, finansial dan kebutuhan energi Moldova pada Rusia dan memperkuat ketahanan negara itu," kata Baerbock pada peserta konferensi donor di Berlin.

Sebelumnya dilaporkan Amerika Serikat sudah menambahkan tekanan pada Rusia. Caranya dengan menghentikan pemerintah Rusia dari membayar pemegang utang negaranya lebih dari 600 juta dolar AS dari cadangan yang disimpan di bank-bank Amerika.

Di bawah sanksi yang diberlakukan setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, cadangan mata uang asing yang dipegang oleh bank sentral Rusia di lembaga keuangan AS dibekukan. Tetapi Departemen Keuangan telah mengizinkan pemerintah Rusia menggunakan dana tersebut untuk melakukan pembayaran kupon atas utang negara berdenominasi dolar berdasarkan kasus per kasus.

Mulai Senin ini saat pembayaran terbesar jatuh tempo, termasuk pembayaran pokok 552,4 juta dolar AS pada obligasi jatuh tempo, pemerintah AS memutuskan untuk memotong akses Moskow ke dana beku, menurut juru bicara Departemen Keuangan AS. Pembayaran kupon 84 juta dolar AS pada obligasi dolar 2042 juga jatuh tempo Senin ini.

Langkah ini dimaksudkan memaksa Moskow membuat keputusan sulit apakah akan menggunakan dolar yang dapat diaksesnya untuk pembayaran utangnya atau untuk tujuan lain, termasuk mendukung upaya perangnya, kata juru bicara itu. Rusia menghadapi gagal bayar atau default historis jika memilih untuk tidak melakukannya.

"Rusia harus memilih antara menguras sisa cadangan dolar yang berharga atau pendapatan baru yang masuk, atau gagal bayar," kata juru bicara Departemen Keuangan AS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement