Selasa 05 Apr 2022 15:10 WIB

Parlemen Rusia Sebut Kasus Bucha Panggung Sandiwara Barat

Ketua majelis rendah parlemen Rusia tuding kasus Bucha adalah tindakan curang Barat

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Relawan mengumpulkan mayat warga sipil yang terbunuh, di Bucha, dekat Kyiv, Ukraina, Senin, 4 April 2022. Ketua majelis rendah parlemen Rusia tuding kasus Bucha adalah tindakan curang Barat.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Relawan mengumpulkan mayat warga sipil yang terbunuh, di Bucha, dekat Kyiv, Ukraina, Senin, 4 April 2022. Ketua majelis rendah parlemen Rusia tuding kasus Bucha adalah tindakan curang Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Ketua Duma, majelis rendah parlemen Rusia, mengatakan pada Selasa (5/4/2022) bahwa pembunuhan warga sipil di kota Bucha, Ukraina adalah bagian dari tindakan curang Barat untuk mendiskreditkan Rusia.

"Situasi di Bucha adalah provokasi untuk mendiskreditkan Rusia," kata Vyacheslav Volodin.

Baca Juga

"Washington dan Brussels penulis skenario dan sutradaranya sedangkan Kiev adalah aktor-aktornya. Tidak ada fakta, hanya kebohongan," imbuh Volodin.

Sejak pasukan Rusia ditarik mundur dari kota-kota di sekitar ibu kota Ukraina, Kiev, pekan lalu, tentara Ukraina telah memperlihatkan kepada wartawan mayat-mayat yang mereka sebut sebagai warga sipil yang dibunuh oleh pasukan Rusia, rumah-rumah yang hancur dan mobil-mobil yang dibakar. Rusia membantah semua tuduhan itu.

Wali Kota Bucha pada Ahad mengatakan 300 warganya telah tewas selama kotanya diduduki oleh Rusia. Di kota yang berjarak hanya 37 km dari ibu kota Kiev itu wartawan Reuters melihat mayat-mayat tergeletak di jalan-jalan. Tangan dan kaki para korban tewas menyembul dari liang kuburan massal yang masih terbuka di halaman sebuah gereja.

Amerika Serikat dan Eropa pada Selasa berencana menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia atas pembunuhan warga sipil di Ukraina. Sementara Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan jumlah korban yang ditemukan mungkin akan bertambah.

Presiden AS Joe Biden mendesak sebuah pengadilan kejahatan perang terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. AS, Jerman, dan Prancis juga mengancam Moskow dengan sanksi-sanksi baru.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement