Selasa 05 Apr 2022 08:20 WIB

Exxon Mobil Beri Sinyal Rekor Laba Kuartalan dari Bisnis Minyak dan Gas

Invasi Rusia ke Ukraina mendorong minyak melonjak 45 persen di kuartal terakhir 2021.

ExxonMobil . Ilustrasi
Foto: Google
ExxonMobil . Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Exxon Mobil Corp pada Senin (4/4/2022) mengatakan hasil kuartal pertamanya dapat melampaui rekor kuartalan tujuh tahun. Laba operasi dari pemompaan minyak dan gas saja diperkirakan mencapai hingga 9,3 miliar dolar AS.

Sebuah laporan sementara kuartal yang berakhir 31 Maret dari perusahaan minyak AS terbesar itu menunjukkan laba operasi dari minyak dan gas, unit terbesarnya, bisa melonjak sebanyak 2,7 miliar dolar AS dibandingkan kuartal sebelumnya 6,6 miliar dolar AS. Exxon tidak melakukan lindung nilai, atau mengunci penjualan minyak, dan hasilnya biasanya sesuai dengan perubahan harga energi. 

Baca Juga

Invasi Rusia ke Ukraina mendorong minyak melonjak 45 persen pada kuartal terakhir selama periode akhir 2021, menjadi rata-rata 114 dolar AS per barel, tertinggi dalam tujuh tahun. Perkiraan tersebut menunjukkan total pendapatan untuk kuartal tersebut mencapai sekitar 9,8 miliar dolar AS pada titik tengah perkiraan Exxon, menurut penelitian ekuitas global Scotiabank.

Saham Exxon, yang telah melonjak 36 persen tahun ini, naik sedikit pada Senin (4/4/2022) menjadi 83,16 dolar AS. Hasil resmi diharapkan akan dirilis pada 29 April, menurut laporan kepada regulator.

Prospek menyiratkan laba yang disesuaikan sekitar 2,29 dolar AS per saham, analis Scotiabank Paul Cheng mengatakan dalam sebuah catatan.Jumlah tersebut akan menjaminlaba kuartalan Exxon di tingkat tertinggi setidaknya sejak 2014.

Keuntungan minyak dan gas perusahaan ini menawarkan preview dari apa yang ada di depan untuk pendapatan minyak perusahaan lain. Hasil tersebut dapat memperkuat seruan oleh anggota parlemen AS dan Uni Eropa untuk pajak keuntungan tak terduga pada perusahaan energi.

Hasil akhir dapat diperlemah oleh gangguan pada operasi Exxon di Rusia. Perusahaan bulan lalu mengatakan akan keluar dari Rusia setelah invasi ke Ukraina. 

Perusahaan minyak tersebut memiliki aset senilai 4 miliar dolar AS yang berisiko terhadap potensi penyitaan dan menghadapi hantaman 1 persen hingga 2 persen terhadap produksi dan pendapatan dari langkah tersebut."Bergantung pada ketentuan keluarnya dari Sakhalin, perusahaan mungkin diminta untuk mengurangi investasinya dalam proyek hingga nilai buku penuh," katanya dalam sebuah pengajuan.

Harga minyak dan gas yang tinggi dipercepat setelah invasi Rusia dan sanksi dikenakan pada minyak, batu bara, dan LNG-nya. Harga minyak global mencapai level tertinggi 14 tahun pada kuartal pertama dan sejak itu mendingin ketika AS mengumumkan pelepasan stok darurat dan China memulai penguncian.

Laba operasional dalam penyulingan bisa naik hingga 300 juta dolar AS lebih tinggi dari 1,5 miliar dolar AS yang diperoleh pada kuartal keempat, sementara bisnis bahan kimianya bisa turun sebanyak 300 juta dolar AS dibandingkan dengan laba kuartal sebelumnya 1,3 miliar dolar AS.

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement