Senin 04 Apr 2022 16:31 WIB

Sejumlah DPC Demokrat Ungkap Potensi Kader Terbelah di Jatim

Pemilihan Emil Dardak dinilai tak demokratis seperti yang dijanjikan AHY.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus raharjo
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak.
Foto: Dokumen.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sejumlah Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat di Jawa Timur kembali menyesalkan keputusan DPP Demokrat yang menunjuk Emil Elestianto Dardak sebagai Ketua DPD Demokrat Jatim. Ketua DPC Demokrat Kabupaten Kediri Yakup bahkan meragukan loyalitas Emil Dardak.

Menurutnya, Emil belum lama bergabung ke Demokrat dibanding pesaingnya Bayu Airlangga. "BPOKK bilang soal loyalitas. Sekarang kita tanya, apa Mas Bayu Airlangga tidak loyal? Mas Bayu jelas kader original, kader asli Demokrat, apa iya itu bukan loyalitas," kata Yakup, Senin (4/4/2022).

Baca Juga

Yakup kembali mengajak semua orang melihat masa lalu Emil Dardak yang menurutnya bukan merupakan kader asli Demokrat. Emil bahkan disebutnya pernah gabung di beberapa partai sebelum berlabuh di Demokrat. "Saya kira kalau alasan DPP loyalitas tidak masuk akal. Mas Bayu jelas membesarkan Demokrat lebih lama," ujarnya.

Yakup juga menyoal terkait jumlah dukungan saat Musda Demokrat Jatim. Dalam Musda yang digelar 20 Januari 2022, Bayu Airlangga meraih dukungan 25 DPC. Unggul jauh atas Emil Dardak yang hanya meraih 13 dukungan DPC. Yakup juga mempertanyakan Emil Dardak yang dirasanya tidak pernah mendaftar sebagai Bacalon Ketua Demokrat Jatim.

"Kita semua sampai dengan H-1 pelaksanaan Musda setahu kita hanya Mas Bayu yang telah mendaftar, karena tidak pernah disampaikan Mas Emil mendaftar. Tahu-tahu pas pelaksanaan Musda diumumkan ada dua calon," kata Yakup.

Yakup juga menyayangkan sikap tidak demokratis Tim 3 DPP Demokrat yang dimotori Ketum AHY, Sekjen Teuku Riefky Harsya, dan Ketua BPOKK Herman Khaeron dalam penentuan ketua Demokrat Jatim. "Padahal saat sambutan, Pak Ketum menyampaikan Musda akan berjalan demokratis, tapi nyatanya berlawanan dengan arti demokratis itu sendiri," ujarnya.

Ketua DPC Demokrat Nganjuk, M Fauzi Irwana juga mengungkapkan kekecewaannya usai DPP menunjuk Emil Dardak sebagai Ketua Demokrat Jatim. Fauzi menyebut, janji DPP soal Musda berjalan demokrasi hanya omong kosong.

"Tentu kita kecewa, apa yang disampaikan di awal bahwa pemilihan Musda secara demokrasi, tapi nyatanya kayak gini. Teman-teman 25 DPC kita kumpul sangat kecewa dengan keputusan ini," kata Fauzi.

Fauzi mengatakan, DPC-DPC pendukung Bayu Airlangga tidak dijelaskan dimana letak kekurangan Menantu Pakde Karwo tersebut, sehingga tidak dipilih. Apalagi, terkait jumlah dukungan, Bayu mengantongi dukungan lebih banyak dari pesaingnya.

"Kalau soal loyalitas, boleh diadu, Mas Bayu loyal ke AHY. Setiap Mas Bayu turun ke lapangan selalu menyampaikan loyal ke AHY, apalagi saat KLB dulu. Kalau Emil sama Bayu, ya jauh, lebih loyal Mas Bayu," ujarnya.

Fauzi menyebut adanya potensi kekuatan Demokrat di Jatim terbelah akibat DPP tidak mendengarkan aspirasi di bawah. Fauzi enggan menyalahkan AHY dalam penunjukkan Emil Dardak menjadi ketua DPD Demokrat Jatim. Namun menurutnya ada beberapa kader yang mencoba mencari keuntungan.

"Kalau DPP tidak mendengarkan aspirasi di bawah, sangat potensi pengurus mundur atau pindah partai. Sebenarnya Ketum AHY baik, tapi saya kira ada pihak yang jadi begal politik, ya yang ada di sekitar Mas AHY itu yang mempengaruhi. Toh kemarin kenapa bukan Mas AHY yang ngumumin? Kok malah BPOKK," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement